79. Jahil Terus

9.7K 375 43
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

"Jangan kau iri kepada seorangpun atas sebuah nikmat karena kau tidak tahu apa yang akan Allah ambil darinya dan jangan bersedih atas sebuah musibah, sebab kau tidak tahu apa yang akan Allah hadiahkan untukmu. Maka selalu ucapkan Alhamdulillah."

~Syeikh Mutawalli Asy Sya'rawi
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Selesai rapat, Umi Nurul berpura-pura meminta tolong pada ustadzah Fatimah untuk membantu membereskan gelas-gelas yang kotor, sebenarnya hanya ingin menahan sebentar supaya Gus Akram dan Abah Abdullah, lebih leluasa menegur kelakukan ustadzah Fatimah.

Sebagai orang yang mengerti ilmu agama, Gus Akram dan Abah Abdullah, tidak akan mempermalukan ustadzah Fatimah didepan asatid lain. Mereka ingin menegur secara pribadi, ustadzah Fatimah pun mengakui kesalahannya, dan meminta maaf pada pemilik dan penhasuh pesantren.

Meskipun sudah mengakui kesalahannya dan sudah meminta maaf, akan tetapi Gus Akram, dan Kiyai Abdullah tetap memberikan sangsi pada ustadzah Fatimah, berharap ustadzah Fatimah mampu mengubah sikapnya arogannya, sebagai tenaga pendidik.

Walaupun bagaimana juga, seorang ustadzah harus bisa menjadi contoh yang baik untuk para santrinya. Ustadzah Fatimah hanya bisa pasrah, dengan hukuman yang diberikan oleh kiyai Abdullah selaku penanggung jawab sebagai pemilik pesantren.

"Lalu bagaimana dengan hukuman yang dijatuhkan pada istri saya? apa hukuman itu masih berlaku?" tanya Gus Akram dengan tatapan menghunus, namun ustadzah Fatimah sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya.

"Soal itu sekali lagi saya minta maaf Gus, sebenarnya saya merasa cemburu pada Alifa yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari Gus" ucap nya dengan jujur, kebetulan Kiyai Abdullah dan Umi Nurul sudah sudah pamit untuk beristirahat.

Gus Akram tidak hanya berdua, karena umi Nurul meminta Mbok Khodim untuk menemani Gus Akram dan ustadzah Fatimah, bahkan duduknya pun saling berjauhan.

"Kalau boleh saya tanya, apa alasan Gus memilih Alifa yang jelas-jelas masih kecil, bahkan masih banyak Ning-Ning diluar sana yang lebih pantas mendampingi Gus, termasuk saya yang dari dulu sangat mengharapkan Gus untuk bisa menjadi pendamping hidup saya" Tanpa rasa malu ustadzah Fatimah mengutarakan isi hatinya.

Deg

Gus Akram tetap terlihat tenang, sambil menunggu kalimat selanjutnya dari Ustadzah Fatimah.

"Bahkan ilmunya saja masih sangat minim, apa dia bisa ikut mengembangkan pesantren dengan ilmu yang dia miliki saat ini? seharusnya Gus harus bisa memilih dengan selektif karena ini menyangkut nasib pesantren kedepannya"

"Dan menurut, Ustadzah, hanya ustadzah yang mampu mengembangkan pesantreniya begitu?" Gus Akram terpaksa menyela ucapan ustadzah Fatimah, karena merasa tidak terima istrinya direndahkan.

"Ustadzah lupa? kalau Alifa Zea Amanda sudah hafidzoh?bahkan dia mampu menghafal Al-Qur'an dalam waktu yang singkat, ustadzah saja dulu lima tahun baru berhasil menghafal Al-Qur'an, Alifa hanya dua tahun, tentu saja dia lebih unggul dibanding ustadzah" skak Gus Akram. Sebenarnya Gus Akram bukan tipe orang yang suka membanding-bandingkan orang lain, namun menurutnya ustadzah Fatimah sudah sangat keterlaluan sehingga tidak ada salahnya, Gus Akram memberikan sedikit sentilan, supaya hati ustadzah Fatimah lebih terbuka dan berfikir dengan jernih.

"Selain itu, saya rela menolak para Ning Ning yang mengajak ta'aruf dengan saya, karena Allah sudah memberikan petunjuk tentang jodoh saya, melalui sholat istikharah. Saya sangat yakin, petunjuk dari Allah itu yang terbaik buat saya dan kemajuan pesantren ini, anda tidak perlu mengkhawatirkannya. Yang perlu anda khawatirkan adalah sikap anda sendiri yang bersikap semena-mena pada para santri, karena semua perbuatan yang kita lakukan, akan dihisab"

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang