25. Kejutan Ummi Nurul

9.1K 409 11
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Seberapa rendah kamu memandang seseorang , serendah itulah hakikat dirimu . Kerana tanda kemuliaan seseorang itu adalah tidak merendahkan makhluk Allah yang lain

– Al Habib Jindan Bin Novel Bin Jindan
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Setiap membaca goresan tinta tersebut Alifa tidak terlalu berharap banyak pada Gus Akram. Bisa saja sewaktu-waktu Gus Akram akan berpaling dan lebih memilih Ning Balqis yang nyaris sempurna. Beruntung saat ini Gus Akram masih berada di Kairo.

Alifa hanya ingin fokus pada sekolah dan hafalannya, setiap pagi Alifa masih setoran hafalan pada Umi Nurul, bahkan Alifa menjaga jarak dengan keluarga Umi Nurul. Biasanya selepas setoran hafalan Alifa wajib membersihkan kamar Gus Akram, tapi kali ini, Alifa mengundurkan diri dari tugas tersebut dengan beralasan selalu terlambat kesekolah, sehingga Umi Nurul membiarkan Alifa melepas tugas tersebut.

Bahkan setiap Umi Nurul mengajak untuk membuat kue, Alifa menolak secara halus dengan alasan masih banyak tugas sekolah yang menumpuk, saat ini Alifa sudah duduk di bangku kelas dua MA.

Alifa berusaha melupakan Gus Akram, bahkan cincin tunangan pemberian Gus Akram sengaja ia lepas, Alifa hanya ingin melupakan Gus Akram, Alifa tidak ingin berharap pada Gus Akram takut kecewa.

Di Kairo Gus Akram merasa heran setelah mendengar kabar dari Umi Nurul bahwa Alifa sudah tidak membersihkan kan kamarnya lagi, dan Umi pun mengatakan Alifa selalu menolak setiap kali umi Nurul mengajak untuk membuat kue. "Ada apa dengan Alifa? sepertinya dia berusaha menjauhi keluargaku" batin Gus Akram. Gus Akram semakin giat belajar, supaya lekas menyelesaikan studi nya dengan baik.

Empat bulan kemudian Alifa sudah berhasil menyelesaika hafalannya sampai Juz 30, betepatan dengan kenaikan kelas, Alifa akan naik ke kelas tiga Aliyah. Semua santri yang sudah berhasil menghafal Al-Qur'an akan diwisuda dan mendapatkan gelar Hafidz Qur'an, Umi Nurul beserta kiyai Abdullah merasa bangga memiliki santri seperti Alifa yang mampu menghafal Al-Qur'an dalam waktu dua tahun. Begitupun dengan mami Kirana dan papi Barata, merasa bangga bukan main, bahkan Barata melakukan sujud syukur ketika mendapat kabar bahwa putri semata wayangnya sudah berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur'an nya.

"Kamu memang pantas nak mendapat suami seorang Gus, kemampuan kamu sungguh luar biasa, pantas saja Gus Akram mengalami mimpi yang begitu panjang melihat dirimu, sosok yang belum pernah Gus Akram lihat sebelumnya. Semoga kamu mampu menampungi Gus Akram untuk meneruskan pesantren milik Abah Abdullah" batin Barata "papi yakin Allah sudah menakdirkan kamu untuk Gus Akram"

"Papi tumben jam segini sudah pulang?" tanya Kirana yang sedang duduk sambil membaca majalah kesukaannya.

"Papi bahagia banget mi"

"Bahagia kenapa pi? duduk dulu deh Pi!" Kirana menggeser duduknya supaya suaminya bisa duduk disebelahnya.

"Papi habis menang tender lagi?" tebak Kirana

"Ini lebih dari sekedar menang tender Mi" jawab Barata

"Ya udah cepetan ceritain! mami sudah gak sabar ini"

"Tadi Kiyai Abdullah mengabarkan kalau putri kita sudah lolos memasuki serangkaian tes Tahfidz Mi"

"Tahfidz? bukannya itu sebutan untuk orang yang sudah berhasil menghafal Al-Qur'an penuh Pi?"

"Iya Mi, putri kita sudah mendapat gelar Tahfiz Mi"

"Masyaallah, Alhamdulillah, terimakasih ya Allah atas segala nikmat yang engkau berikan kepada keluarga kami" mami Kirana pun melakukan sujud. Syukur seperti apa yang dilakukan Barata tadi ketika masih di kantornya.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang