91. Ujian Cinta Menuju Akad

8.1K 321 6
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Ketika merasakan kesulitan di dalam kehidupanmu, pikiranmu menjadi lebih dewasa dari umurmu. Setiap kepedihan adalah tahap baru kematangan dan siapa yang tidak merasakan perih kehidupan maka tidak merasakan pembelajaran.

Bayu Pratama Al Yahya
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Setelah Isfara membaik dan dipindahkan ke ruang rawat inap, Alifa, Tika teman Isfara dan Dokter pesantren kembali ke pesantren AN-NUR, Isfara sudah ditemani oleh kedua orang tuanya. Tika yang sudah mengetahui kalau Alifa mengendarai mobil dengan modal nekat, Tika merasa takut. Bahkan sepanjang perjalanan tidak berani mengajak Alifa untuk berbicara, Tika lebih banyak berdo'a untuk keselamatannya.

Alifa sendiri membawa mobil dengan kecepatan sedang karena saat ini tidak membawa pasien darurat, sehingga Alifa lebih tenang dan santai dalam berkendara.

"Ning Alifa terimakasih banyak atas bantuannya, Alhamdilillah kita segera membawa Isfara ke IDG, kalau terlambat sedikit saja, mungkin Isfara tidak akan tertolong lagi" ucap sang Dokter merasa bersalah syukur bisa menjadi perantara pasiennya.

"Sama-sama Dokter, semua terjadi atas izin Allah, semoga Isfara segera sembuh"

"Aamiin"

"Sebenarnya sakit apasih Dok?"

"Dia terkena asma, dan jantung, makanya harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat" jawab sang Dokter.

"Alifa, fokus, jangan banyak ngobrol" bisik Tika yang sedari tadi menahan rasa takut.

Alifa hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, kali ini Alifa lebih berhati-hati, bahkan tidak berniat untuk menyalip kendaraan lain. Dan Alhamdilillah, Alifa beserta tiga penumpang nya, sampai di pesantren dengan selamat.

"Lho, Ning Alifa dari mana?" tanya Kang Harun begitu melihat istri Gus Nya turun dari mobil.

"Seharusnya saya yang tanya, kang Harun dari mana aja? tadi ada santri yang kejang-kejang dan harus segera dirujuk, tapi kang Harun enggak ada, nyari kang santri lain yang bisa nyupir kebetulan enggak ada juga, terpaksa saya yang bawa Kang"

Kang Harun nampak berfikir sejenak "owh, tadi saya lagi jemput Bu Nyai, Nurul, Ning Maaf kalau tadi saya enggak ada"

"Enggak papa Kang, saya pamit kang mau sholat asar" ucap Alifa khawatir tertinggal waktu asar.

"Silahkan Ning" Alifa pun meminta tolong pada Kang santri untuk memarkirkan mobil Gus Akram ke carport yang berada di dekat Ndalem.

"Assalamu'alaikum" ucap Alifa begitu memasuki rumah milik mertuanya. Hanya terdengar jawaban dari mbok Khodim. Kemungkinan Umi berada di masjid, begitupun dengan Abah. Alifa langsung menuju lantai atas, masuk ke dalam kamar dan segera membersihkan tubuhnya di bawah guyuran shower.

Setelah selesai dengan ritual mandinya, Alifa segera membentangkan sajadah untuk melaksanakan sholat empat rekaatnya. Zikir dan do'a pun tak pernah Alifa tinggalkan selesai sholat, Alifa membaringkan tubuhnya di atas ranjang karena merasa lelah, seharian belum istirahat sama sekali. Tidak menunggu waktu lama, mata Alifa sudah terpejam.

Hingga terdengar suara adzan Maghrib dari pengerasan suara, Alifa melaksanakan sholat Maghrib hingga menunggu isya. Selepas Isya, Alifa belajar dan kembali tidur. Bahkan Gus Akram pulang dari rumah Barata, Alifa sudah tidak mendengarnya sama sekali.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang