40. Senjata Makan Tuan

10.3K 423 4
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

"Jika cintamu hanya sebatas raga maka perpisahan akan selalu menyertaimu. Akan tetapi, jika cintamu tertanam di hati maka engkau tidak akan menemukan perpisahan."

Buya Yahya
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Dia orang yang sedang dimabuk cinta, berasa dunia milik berdua, begitulah gambaran untuk Gus Akram dan Alifa. Bahkan sebelum menuruni anak tangga, Gus Akram masih sempat menarik Alifa ke dalam pelukannya sambil menyematkan kecupan di kening Alifa. Kalau saja tidak tunggu Abah sama Umi, mungkin Gus Akram akan mengurung Alifa di dalam kamar nya.

"Lepas mas, nanti ada yang lucu hat lho" protes Alifa

Gus Akram dengan berat hati melepaskan pelukannya lalu mengajak Alifa menuruni anak tangga.

"Ayo kita turun" ajak Gus Akram sambil menatap wajah istrinya. Entah mengapa Gus Akram lebih senang berlama-lama menatap wajah ayu istrinya yang sangat meneduhkan.

"Monggo Gus duluan!" jawab Alifa sambil menjulurkan telapak tangannya mengudarakan supaya Gus Akram melangkah lebih dulu. Gus Akram tersenyum lalu melangkah didepan Alifa.

"Kok lama banget sih mas? kalian habis ngapain?" Ning Aisyah pura-pura merajuk pada sang kakak.

"Ah kamu dek, ganggu mas aja" jawab Gus Akram sambil menarik kursi dan mempersilahkan Alifa untuk duduk.

"Udah ayo buruan makan kebetulan umi sudah masak banyak, menu kesukaan kalian. Sudah lama kita enggak makan bareng seperti ini" ajak Umi Nurul sambil menyentongkan nasi untuk Abah Abdullah.

"Mau pakai apa Bah?"

"SOP buntut sama kerupuk aja Mi"

Gus Akram menoleh kearah Alifa yang berada di sampingnya "suamimu enggak diambilin juga Lif?" bisik Gus Akram tepat ditelinga Alifa.

"Mas Akram, kalau mau-cium mbok Yo jangan didepan umum ingat ada jomblo disini" protes Ning Aisyah yang kebetulan melihat kakaknya membisikan sesuatu pada Alifa namun terlihat seperti mencium dari samping.

Deg

Seketika Alifa tertunduk merasa malu, mau menyangkal pun tifak berani, karena sungkan sama Umi dan Abah.

"Maklum, Dek, mas mu itu manten anyar, dunia serasa milik berdua yang lain numpang" Abah Abdullah berkelakar

Alifa semakin malu, dan kesal pada suaminya yang suka bersikap seenaknya sendiri.

"Abah aja paham kok dek, kalau kita itu manten anyar, ya wajar lah penginnya nempel terus kaya perangko" Gus Akram menyetujui ucapan Abahnya. Namun Alifa semakin kesal pada Gus Akram, Alifa benar-benar malu.

"Berdebat nya nanti lagi, kita makan dulu, ayo Lif ambilin makanan untuk suami kamu!" ucap Umi Nurul untuk mencairkan suasana.

"Enggih Umi" jawab Alifa dengan sopan. Tiba-tiba ide jahil muncul di kepala Alifa. Alifa sengambil piring lalu diisi nasi dengan porsi yang sangat banyak ditambah semua lauk dan sayur ia masukan kedalam piring, ada berkedel kentang tiga biji, oseng udang, tempe goreng sengaja mengambil tiga potong ditambah rendang dua potong, sambel lima sendok makan, dan masih disiram dengan kuah SOP buntut, di bagian paling atas Alifa menaruh kerupuk ungkel yang bentuknya bulat melebar, sehingga piring tersebut menyerupai gunung Bromo.

"Sekali-kali aku kerjain, salah sendiri mempermalukan aku didepan Abah dan Umi" batin Alifa sambil tersenyum puas dalam hatinya.

"Silahkan Gus dimakan!" ucap Alifa dengan lembut sambil menaruh piring tersebut didepan Gus Akram. Seketika mata Gus Akram melebar menatap piring yang ada didepannya yang berbentuk gunung Bromo, baru melihat saja perut Gus Akram mendadak kenyang, apa lagi membayangkan rasanya saja sudah bikin eneg, oseng udang di campur SOP buntut, entah akan seperti apa cita rasa makanan tersebut ditambah sambal yang berwarna merah dengan jumlah yang cukup banyak, Gus Akram menatap horor pada sambal tersebut, pasalnya Gus Akram tidak menyukai pedas.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang