Bab 5

391 23 3
                                    

Renata berdebar. Jadi... bukan lagi Dirga yang di hadapannya sekarang melainkan Daniel?

Akhirnya Renata harus mengalami ini juga. Sekarang dia harus bagaimana?

Daniel terlihat memperhatikan pakaiannya sendiri yang merupakan sebuah jas formal dengan dasi di lehernya. Pakaian kerja ini, pasti milik Dirga.

"Daniel?" Renata memastikan kembali.

"Ya? Kamu belum menjawab pertanyaanku, Nona. Kamu siapa?" tanya Daniel.

"Aku... istrimu," jawab Renata ragu - ragu.

Renata sedikit tersentak karena ucapannya sendiri. Sepertinya jawabannya salah, dia ingat perkataan psikiater kemarin...

"Mereka berlima tidak suka jika dianggap orang yang sama. Mereka saling berlepas diri dari apa yang dilakukan dan terjadi pada kepribadian yang lain..." 

"Hah? Istriku? Kamu ngelantur ya? Mana mungkin? Aku nggak tertarik sama perempuan!" Daniel melengos pergi.

"Eh eh! Jangan pergi! Maaf aku salah. Maksudku adalah, aku istrinya Dirga."

"Oh."

Daniel akhirnya berhenti setelah beberapa langkah karena kesal istri Dirga ini mengikutinya terus.

"Lalu ngapain kamu ngikutin aku kayak gini?" protesnya.

"Kamu mau ke mana? Kamu harus ke kantor, kerja."

"Kerja? Ngapain kerja? Kerja itu urusan Dirga," Daniel melangkah kembali ke kamar Dirga. Renata sedikit panik. Jadi kalau sedang menjadi Daniel, dia tidak ke kantor?

"Kenapa Dirga kembali ke kamar?" Reyhan memandang Daniel dan Renata yang berjalan ke atas lagi.

"Entahlah," jawab Lia cuek.

Sampai di kamar, Daniel melepas jas, dasi dan semua pakaian Dirga sampai menyisakan celana boxernya saja.

"Akh!" Renata berteriak terkejut atas aksi Daniel tadi.

Daniel sampai berjingkat karena terkejut dengan teriakan itu.

"Kenapa?" tanyanya.

"Ng- nggak kenapa - kenapa kok," Renata menggeleng.

Untunglah Daniel tidak melepas boxer itu juga. Dia melempar secara asal pakaian kerja Dirga lalu berganti pakaian menjadi lebih casual. Daniel mengenakan celana jeans berwarna khaki dan kaos hitam polos.

Dengan penampilan santai seperti ini, Dia terlihat sangat keren menurut Rena.

"Kamu mau ke mana?" tanya Renata.

"Jalan - jalan. Eh, siapa namamu tadi? Aku lupa," tanya Daniel.

"Renata."

"Oh. Oke. Renata, kamu suka lihat pria - pria ganteng kan? Ayo ikut aku, kita cuci mata. Aku nggak suka pergi sendirian. Sangat kesepian," Daniel tanpa canggung merangkul pundak Renata dan tersenyum hangat ke arahnya seperti seorang teman.

"Hah? Ke- kemana?" Diperlakukan dengan ramah begini, Renata malah gelagapan. Rasanya baru beberapa menit yang lalu Dirga menatapnya dengan penuh ketidaksukaan, sekarang Daniel malah merangkulnya mengajak jalan - jalan. Benar - benar seperti dua orang yang berbeda.

"Sudahlah, ayo! Kita berburu pria tampan Aku nggak akan mengadu ke Dirga kok," Daniel menaik turunkan alisnya.

"Eh? Apa? Berburu apa?"

"Sssh... nggak pakai protes - protes. Kamu ikut aku sekarang," Daniel terus merangkul pundak Renata sepanjang jalan dari kamar, turun tangga, hingga mereka nyaris sampai di pintu keluar.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang