Bab 94

124 20 0
                                    

"Tidak banyak yang saya temukan, Tuan," Putra mengeluarkan tabletnya. Dia duduk di sofa lalu menampilkan sebuah video.

"Ini rekaman dari CCTV toko perhiasan yang ada di seberang toko mainan," terang Putra. "Anda berjalan santai ke arah utara setelah keluar dari toko mainan."

Putra kembali menggeser videonya. "Yang ini rekaman CCTV toko bangunan. Anda terus berjalan ke utara. Masih belum terjadi apa-apa. Lalu ini rekaman CCTV rumah seorang warga, Anda masih berjalan tanpa melakukan aktifitas apapun. Terakhir, ini adalah rekaman CCTV toko elektronik. Di sini Anda terlihat mengetuk kaca sebuah taksi setelah Anda memeriksa plat nomor taksi tersebut."

Satriya dan Renata menyaksikan dengan tegang video Dirga yang terlihat mengecek nomor plat sebuah taksi. Dirga lalu mengetuk kaca jendela belakang mobil taksi itu.

"Lalu seorang gadis keluar dari taksi," ujar Putra lagi.

Gadis itu segera menutup kembali pintu taksinya setelah bertemu dengan Dirga. Taksi pun berjalan pergi, meninggalkan gadis itu berdiri mengobrol bersama Dirga.

Setelah bicara sebentar, dua orang itu pergi hingga keluar dari jangkauan kamera CCTV.

"Sayangnya, ini adalah rekaman terakhir. Tidak ada kamera CCTV lagi di jalur dari toko elektronik menuju lapangan voli," lapor Putra.

"Sialan! Apa yang terjadi setelah ini?" Satriya kesal, umpatannya nyaris membuat si kembar terusik.

Satriya memutar ulang adegan pertemuan Dirga dengan gadis itu. "Nggak kenal, aku nggak kenal sama cewek ini. Mana burem lagi wajahnya. Kenapa CCTV toko elektronik ini murahan banget sih?! Miskin! Perlu dibeliin yang baru dia!"

"Sabar ... sabar, Satriya," Renata mengusap punggung suaminya untuk menenangkan. "Pelan-pelan pasti terbongkar semua. Ini aja udah kemajuan pesat."

"Saya sudah mengirim video terakhir ini ke rekan saya, Tuan. Dia biasa dibayar oleh detektif swasta untuk memindai wajah di CCTV resolusi rendah seperti ini. Dia bilang butuh waktu tiga hari untuk mendapat gambaran utuh wajah gadis itu," ujar Putra.

"Nah, kan. Cuma tiga hari. Kita tunggu aja hasilnya," ujar Renata.

"Rekan saya juga kenal seorang detektif swasta yang handal. Dia tidak berafiliasi dengan pemerintah atau kepolisian. Apa perlu kita meminta bantuannya untuk menyelidiki kasus ini, Tuan?" tanya Putra.

Jujur saja, walaupun dia asisten pribadi yang jobdesknya tidak jelas alias harus pasrah diberi tugas apapun, tugas semacam ini tetap berat baginya. Putra punya basic managemen dan bisnis. Kasus semacam ini jelas tidak ada dalam kuliahnya dulu.

"Kayaknya bagus deh. Kita hubungi sekarang atau tunggu tiga hari lagi?" Renata merasa usul Putra sangat bagus. Lagipula kasihan Putra jika dibebani terlalu banyak hal di luar urusan kantor.

"Sekarang aja. Tiga hari lagi hasil pemindaian wajah itu tinggal kita serahin ke dia," putus Satriya.

"Saya akan hubungi beliau," Putra mengangguk mantap.

"Kayaknya cewek di video itu masih muda, ya? Mungkin seumuran Sheryl kalau dari posturnya," Renata menjeda video terakhir itu dan memperhatikan lekat-lekat sosok gadis yang bertemu Dirga.

Walaupun wajahnya buram karena kualitas video yang rendah, tapi masih bisa terlihat bahwa gadis itu tersenyum ke arah Dirga. "Dia kelihatan ceria. Dan kayak udah kenal banget sama wajah kamu."

"Apa mungkin itu Daniel? Lihat! Di situ aku tersenyum. Dirga kan dingin sama perempuan. Dan banyak yang bilang mukaku galak," Satriya menunjuk wajah Dirga yang juga terlihat sedang tersenyum.

"Bisa jadi Daniel. Itu mungkin menjelaskan soal wajah ramahnya. Tapi gimana soal darah?" Renata menatap Satriya dan Putra bergantian.

"Misal itu Daniel, mungkin darah yang di baju Dirga bukan karena Daniel menyakiti seseorang tapi bisa jadi dia saksi atas tindakan brutal seseorang. Lalu mungkin dia pingsan saking syoknya. Kan kamu tahu Daniel penakut banget. Lalu dia bangun sebagai Dirga lagi karena mental Daniel terguncang. Kamu pernah bilang kan gara-gara dipukul pantatnya sama Beny aja, si letoy itu trauma sampai sekarang," papar Satriya.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang