Bab 119

112 14 0
                                    

"Akademi pelakor," jawab Dirga sembari melucuti pakaian Satya. Bibirnya merekah, Dirga tidak bisa menahan diri untuk tersenyum karena dia terus membayangkan rencananya berhasil.

"Apa lagi itu? Semacam pelajaran khusus supaya Tari bisa rebut Ryan dari Irena?" tebak Renata.

"Yup," Dirga mengangguk. Kini tinggal popok sekali pakai Satya saja yang belum terlepas.

"Dirga, aku tahu kamu mau balas dendam ke Irena. Tapi, apa itu bagus buat Tari? Kita nggak boleh memanfaatkan Tari. Dia udah pernah jadi alat Irena sampai terluka parah. Jangan sampai kita sejahat Irena yang jadikan Tari alat untuk kedua kalinya. Lagipula, apa Ryan cowok yang baik? Buktinya dia mau berbuat jahat bareng Irena. Kan kasihan kalau Tari jatuh ke cowok jahat," Renata sampai berhenti melucuti pakaian Ares karena fokus mengutarakan pendapatnya soal rencana Dirga ini.

Usai melepas popok Satya, Dirga menatap Renata dengan sembari memberi istrinya itu senyuman hangat yang menenangkan. "Tenang aja, aku sempat memikirkan itu. Tapi aku tahu, Ryan itu baik kok."

"Tahu dari mana? Mana ada cowok baik pacaran sama istri orang? Udah gitu berbuat kriminal sama-sama lagi," protes Renata.

"Nanti aku jelasin ya. Kita mandiin anak-anak dulu."

Renata menghela nafas. Padahal dia terlanjur penasaran dengan cerita Dirga. Tapi tentu saja mereka memang harus memandikan si kembar dulu.

"Oeek ... Oeek ..."

Ares berteriak berisik sambil memberontak saat tubuhnya mulai dibilas dengan air hangat. Cipratan airnya sampai mengenai wajah dan baju atasan Renata.

"Teratasi?" tanya Dirga yang merasa nasib istrinya miris sekali memandikan Ares.

"Aman," jawab Renata. "Udah biasa Ares begini."

Selama ini, Renata memang tidak pernah mengijinkan Dirga memandikan Ares karena takut pria itu tidak bisa mengatasi keributan Ares saat dimandikan. Renata khawatir Dirga mencengkeram tubuh Ares terlalu kuat atau justru membuat tubuhnya tergelincir jatuh ke dalam bak. Pasalnya, Ares memang tidak pernah bisa tenang saat mandi seperti kucing yang memberontak karena takut air.

Dipakaikan baju pun susah, Ares selalu menggerakkan tangan dan kakinya seolah dia punya keinginan yang kuat untuk meninju semua orang. Kalimat 'salah kasih nama' selalu meluncur dari bibir Daniel tiap kali dia harus menyaksikan atau menangani sendiri tingkah Ares.

Sangat berlawanan dengan Satya yang selalu menikmati mandi air hangat sampai matanya terpejam merasakan bilasan demi bilasan air yang menerpa kepala dan wajahnya. Tidak ketinggalan bibir mungilnya yang selalu tersenyum tiap kali dimandikan. Ini membuat Satya lebih mudah ditangani oleh pria-pria kurang jam terbang seperti ketiga papanya.

"Aku mau dong coba pakaikan baju Ares," pinta Dirga saat mereka sudah selesai memandikan dua makhluk imut itu.

"Boleh. Tapi jangan ngomel terus kayak Daniel ya," ujar Renata memberi syarat.

"Beres, kesabaranku seluas samudra," Dirga mengacungkan dua ibu jarinya.

Mereka pun bertukar posisi. Renata memasangkan pakaian Satya sedangkan Dirga memasangkan pakaian Ares. Tentu saja usaha Renata lancar seperti lewat jalan tol. Sedangkan Dirga belum berhasil memasang popok sekali pakai Ares. Tapi seperti janjinya, Dirga melakukan semuanya dengan sabar tanpa mengomel.

Sayangnya, sebelum Dirga berhasil menaikkan popok Ares, cairan hangat menyembur ke wajahnya, berasal dari bagian tubuh Ares yang belum tertutup popok. Melihat papa pertamanya terpejam karena menikmati semburan cairan hangat dan berbau pesing itu, Ares tertawa cekikikan, merasa puas.

"Nggak papa ... sabar ... papa pertama adalah papa paling sabar," gumam Dirga memberi affirmasi pada dirinya sendiri. "Udah pipisnya, jagoan?"

Renata terkekeh pelan sambil mengambil tisyu lalu mengusap wajah Dirga yang basah kuyup. "Habis pakaikan baju Ares, kamu mandi aja sekalian. Baju kamu kena pipis tuh."

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang