Bab 78

157 17 0
                                    

Renata girang bukan kepalang. Rasanya ingin melompat di tempat sama seperti saat dia berhasil menakhlukkan Daniel. Tapi Renata kali ini ingin sok anggun dan elegan. Jadi, alih - alih tertawa lepas dan melompat, Renata tersenyum sangat manis.

Senyuman manis yang dibuat - buat itu ternyata bisa menggetarkan hati Satya juga. Jantung Satya berdegup tak karuan. Dia sudah jatuh cinta pada Renata sejak dia melukis Renata di balkon kamar mereka. Tapi sejak saat itu rasanya tidak seperti jatuh cinta. Alih - alih dipenuhi bunga, hati Satya selalu dipenuhi kesedihan dan duri - duri yang menyakitkan karena merasa mencintai Renata adalah hal yang salah.

Baru kali ini dia merasa bebas. Dan memandang Renata berlama - lama seperti sekarang jadi tidak terasa salah lagi semenjak kesepakatan mereka.

Cup.

Renata tanpa aba - aba, tanpa ijin, tanpa pemanasan apapun, tiba - tiba saja mengecup bibir Satya dengan singkat.

Satya sempat kaku untuk sesaat.

"Sudah nggak papa kan kalau mereka ciuman lagi? 

"Nggak salah kan?" 

"Sekarang mereka suami istri kan?" 

"Dirga nggak akan sedih kan?" 

"Dirga nggak akan marah kan?" 

"Satya, mikirin apa?" Renata membuyarkan lamunan Satya.

"Memikirkan aku harus ngapain kamu habis ini. Kamu terlalu... menggoda," jawab Satya tak kalah menggoda.

Renata kembali tersipu. Matanya tertunduk dan pipinya menggembung seperti ikan mas koki. Renata mendekatkan bibirnya ke telinga Satya lalu berbisik, " Lanjutin yang tadi aja yuk. Kita kan belum malam pertama."

Satya menelan ludah dengan kasar. Renata benar - benar menguji pertahanannya. Susah payah akhir - akhir ini dia berusaha menidurkan singa dalam dirinya. Renata malah terus menggedor dan menendang pintu kandangnya sampai berisik.

Renata pikir dia belum berhasil menggoda Satya, jadi dia terus saja bersikap seperti ulat bulu. Renata menyandarkan kepalanya di lengan atas Satya. Ditariknya satu tangan Satya dan dia letakkan di atas perutnya.

"Ayo resmikan kamu jadi papa kelima," ucap Renata meminjam kalimat Daniel tadi.

Sudah sampai pada batas pertahanannya, Satya mengangkat dagu Renata hingga mendongak menatapnya, "Kamu yakin? Nggak capek?"

"Nggak capek kok," Walaupun menjawab dengan santai, tapi sebenarnya Renata berteriak girang dalam hati.

Mau? Satya mau? Apa dia berhasil menggoda Satya?

"Oke," jawab Satya.

"YEY!!" Renata dengan riang meninju udara. "Eh, hehe. Maaf, kelepasan."

Satya tersenyum tipis. Pria itu mendorong lembut bahu Renata, membaringkannya lalu mengungkungnya di bawah tubuhnya sendiri.

"Kamu sendiri lho yang bilang nggak capek. Jangan menyesal ya," ucap Satya.

"Hm? Kenapa harus menyesal?" Renata berkata dengan gaya yang menantang. Dia malah melingkarkan lengannya di leher Satya.

"Karena naga yang lama terkurung akan bermain tanpa lelah saat dibiarkan keluar, Renata."

"Naga?" Renata tertawa kecil. "Itumu? Kirain unyil."

"Hah? Unyil apa?"

"Nggak kok," Renata menggeleng. Tidak mau mengatakan bahwa alter lain menyebut naga Satya sebagai unyil. Rasa - rasanya Satya tidak akan terima naganya disamakan dengan unyil.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang