Bab 159

81 10 0
                                    

Saat Julie kembali ke ruang tamu, Aditya duduk dengan santai di sofa.

"Punya selimut nggak? Aku nggak enak nggak pakai baju gini. Mata kamu mesum soalnya," ucap Aditya membuat Julie salah tingkah.

"Aku nggak mesum kok! Enak aja!" Sambil menghentakkan kakinya, Julie masuk ke kamar untuk mengambil selimut yang paling tebal

"Nih, kukasih yang paling lebar dan tebel. Tutupin aja sebadan sekalian kepalanya!"

Aditya tertawa pelan mendengar ungkapan kesal dari Julie. "Kesel? Apa lebih suka kubuka semuanya sekalian yang bawah?"

"Eh, eh! Awas ya! Jangan coba-coba!" Julie panik saat Aditya berdiri dan hendak melepas resleting celananya.

"Bercanda ... aku juga ada harganya kali nggak gratisan." Sambil terus tertawa, Aditya membungkus badannya dengan selimut itu.

"Ngapain ke sini?"

"Hah?" Aditya menoleh menatap Julie.

"Ya kamu ke sini tujuannya apa?"

"Oh, hm ... anu ... lagi lewat aja tadi. Kebetulan habis ngerjain tugas dari klien trus panas banget di luar, haus. Makanya ke sini, mau minta minum. Bikinin es dong! Jeruk ada, nggak?" Aditya kembali duduk di sofa sambil melipat kakinya, terlihat sangat tengil dan tidak tahu diri di mata Julie.

"Serius? Ke sini mau minta minum?" Julie menatap pria itu seolah tak percaya.

"Serius. Kering nih tenggorokan. Bikinin, ya?"

"Kenapa nggak ke warung atau minimarket aja sih? Malah ke apartemen orang cuma buat minta minum," gerutu Julie.

"Yah, dikasih nggak nih?"

"Ya udah tunggu bentar."

Aditya tersenyum puas, misinya mencari alasan berlama-lama di sini ternyata berhasil. Hingga beberapa detik yang lalu, dia masih belum tahu harus mengarang alasan apa. Hanya itu yang terlintas di pikirannya sebagai alasan, haus. Padahal, dia hanya ingin menemui Julie.

Ketika Aditya masih menunggu Julie membuatkannya minuman, ponselnya berdering. Nama Daniel tertera sebagai penelepon.

"Halo, Dirga?" Aditya sengaja menyebut nama Dirga bukannya Daniel agar Julie tidak tahu siapa yang bicara dengannya.

"Udah kubilang nomor yang ini punya Daniel. Jadi kalau aku telepon pakai nomor ini berarti aku Daniel."

"Oh iya, Dir. Ada apa?" Aditya pura-pura tuli.

"Lha? Daniel. Dibilangin Daniel malah dar dir dar dir aja," omel Daniel.

"Ya itu lah pokoknya." Aditya tetap tidak mau menyebut nama Daniel. "Ada apa?"

"Gini, aku sama Renata butuh bantuan lagi." Lalu Daniel menjelaskan semuanya mulai dari pertemuan mereka dengan bayi Satriya di tengah hujan yang dingin sampai keinginan mereka untuk menyelidiki latar belakang dan siapa orang tua Satriya.

"Oh, easy. Kirim titik lokasi kalian temuin bayi Satriya aja. Nanti aku mulai selidiki dari sana," ujar Aditya menyanggupi tugas barunya.

Saat panggilan berakhir, Julie datang membawa dua gelas berisi minuman berwarna merah.

"Kok merah?" tanya Aditya.

"Nggak ada jeruk. Adanya anggur," jawab Julie.

"Oh, oke. Eh, tapi ini nggak ada alkoholnya, 'kan? Aku islam soalnya."

"Serius?" Julie duduk di sofa yang berhadapan dengan Aditya. "Aku kira kamu kristen."

"Serius. Kenapa? Mukaku kelihatan kayak orang kristen, ya?" Aditya terkekeh. "Gimana ini ada alkoholnya nggak? Aman kan?"

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang