Bab 17

307 26 0
                                    

Sekalipun Andika begitu kesal, tapi posisi mereka sekarang terlalu intim untuk membuat akalnya tetap sehat.

Darahnya berdesir dan bulu kuduknya merinding. Walaupun dia terbiasa main - main dengan banyak perempuan, Andika tidak pernah sejauh ini. Di antara puluhan mantan pacarnya, mungkin hanya satu atau dua yang pernah dia kecup pipinya.

Jadi benar - benar pengalaman pertama baginya melakukan hal semacam ini di luar mimpi.

Walaupun kesannya dia hanya mengikuti permintaan Renata, tapi tentu saja dia juga sangat menikmati perannya.

Apa yang Renata mulai dengan Dirga itu akhirnya diselesaikam oleh Andika. Mereka tidur karena kelelahan dan esok harinya, saat Renata bangun, tidak ada siapapun di sampingnya.

Renata bertanya - tanya apakah pria yang bangun lebih pagi darinya itu tetap Andika atau yang lain. Saat sayup - sayup dia dengar suara alat cukur dari dalam kamar mandi, sepertinya itu masih Andika.

Karena Andika tak kunjung keluar, Renata menunggunya di balkon sembari menikmati sepotong roti bakar dan segelas susu.

Ketika derap langkah kaki seorang pria terdengar mendekat ke arahnya, Renata sontak menoleh.

"Morning," ucapnya sambil melempar senyum manisnya. "Pagi - pagi udah necis. Kamu mau ke mana, Dika?"

"Jalan - jalan," jawab Dika singkat bahkan tanpa menoleh sedikit pun kepada Renata.

"Ikut! Aku mandi dulu ya. Tunggu," Renata berlari kecil ke arah kamar mandi.

"Jangan ikut. Aku jalan sama pacarku jadi kamu nggak boleh ikut."

Renata mengerem langkahnya mendadak. Dia berbalik arah mengejar Dika yang sudah akan mencapai pintu.

"Tunggu! Apa maksudnya? Katamu kamu udah putusin semua pacarmu?"

"Pacar baru. Bisa menyingkir dari pintu nggak? Aku mau lewat."

"Gimana ceritanya bisa punya pacar baru? Kamu baru keluar semalam."

"Tinggal kirim DM lewat instagr*m aja ke cewek yang aku mau. Tawarin dia jadi pacarku lalu dia mau, ya udah, jadian. Permisi, Renata, aku mau lewat."

Renata berdecak. "Kenapa jadi galak kayak Dirga begini sih? Putusin pacar baru kamu! Katamu aku satu - satunya yang-"

"Kenapa? Kamu aja main sama yang lain kok. Kenapa aku nggak boleh punya pacar lain?"

"Ya ampun... kamu marah sama aku karena kejadian semalam? Ih, gemesin deh kalau ngambek," Renata mencubit satu pipi Andika tapi pria itu segera menepis tangannya.

"Ayo bicara," pinta Renata.

Andika membuang muka dan menggeleng.

"Ayolah... Dika... jangan begini. Please...," Renata menyatukan kedua telapak tangannya memohon kepada Andika.

"Oke. Satu menit."

"Mana bisa? Sepuluh menit!" Renata menyeret lengan Andika lalu mendudukkannya di sofa.

"Dika, maafin aku. Aku mencintai kamu dan Dirga," ujar Renata memulai pembicaraan serius mereka.

Andika masih diam dengan mata tertunduk, menolak menatap Renata. Terlihat sekali wajah kesalnya. Tapi Renata malah gemas dengan gaya merajuk Andika ini.

"Dan aku juga mencintai Daniel. Bahkan aku mencintai Satya dan Ares walaupun aku belum ketemu sama mereka. Aku mencintai kalian berlima. Aku harus gimana?"

"Kamu harus memilih," jawab Andika.

"Aku nggak bisa memilih. Dika, aku menikah sama Dirga, aku istrinya. Aku punya kewajiban. Tapi... apa kamu tahu bahwa kamu adalah bagian dari dirinya juga? Kamu seperti potongan jiwanya. Daripada aku memilih, kenapa nggak kalian menjadi satu orang yang utuh?"

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang