Bab 79

168 15 0
                                    

"Aaaak, sayang," Satya menyuapi Renata.

Sebelum - sebelumnya, selalu Renata yang menyuapi suaminya. Baru dengan Satya dia disuapi.

Dibanding Dirga dan semua alternya, Satya adalah yang paling dewasa baik pemikiran maupun sikapnya.

Seperti saat ini, Renata dibuat senyum - senyum sendiri dengan perlakuan Satya. Satya menyuapi Renata, mengelap sudut bibirnya dan mengambilkan minum. Alih - alih bersikap manja seperti suami Renata yang lain, Satya malah memanjakan Renata.

"Haaaa... hidup punya lima suami tapi nggak dihujat netizen sangat menyenangkan. Hidupku bagai di surga," Renata mengusap perut kenyangnya sambil bersandar di sofa.

"Kenapa? Nggak pusing suaminya banyak?" Satya duduk di samping Renata setelah mengembalikan piring kotor mereka ke dapur, dengan lembut menyelipkan rambut Renata ke belakang telinga.

"Pusing sih kadang - kadang. Tapi seru. Gaya bercinta kalian beda - beda, aku jadi nggak bosan," ungkap Renata sangat jujur.

Pernyataan itu sukses membuat Satya terpingkal. "Selain soal itu?"

"Kalian menggemaskan dengan cara kalian masing - masing. Tapi mereka semua manja ke aku, kamu yang paling dewasa. Ah, kayaknya aku bakal sering kangen kamu deh. Sering - sering muncul ya," Renata mencubit dua pipi Satya dengan gemas.

"Jangan sering - sering kangen aku kalau sama yang lain. Kalau mereka sadar nanti mereka kecewa. Kamu harus menikmati setiap momen bersama kami semua, setiap detik, jangan disia - siakan. Siapa tahu...," Satya tertunduk. Tiba - tiba saja dia sedih jika harus melanjutkan ucapannya.

"Siapa tahu apa?"

"Siapa tahu kami tiba - tiba menghilang."

Jawaban Satya telah meremas jantung Renata. Renata seolah ikut merasakan kesedihan para alter Dirga saat mereka berpikir mereka bisa hilang sewaktu - waktu.

"Jangan sedih. Udah aku bilang kalaupun kalian fusi, bukan berarti kalian menghilang," Renata memeluk Satya, menenggelamkan wajahnya di dada suaminya itu.

"Aku tahu. Rasanya tetap berat, Renata. Tapi... kalau dengan aku menghilang, artinya Dirga jauh lebih baik, aku rela kok," ujar Satya sembari memberi usapan lembut di helaian rambut Renata.

Padahal sekarang, Satya lah yang sedang sedih dan takut menghilang. Tapi posisi mereka terlihat sebaliknya, lebih seperti Satya sedang menghibur Renata yang bersedih.

"Udah dong, jangan melow! Ayo keluar, kita kayak ayam betina yang mengerami telur tahu nggak sih? Kita nggak keluar kamar sama sekali," Satya melepas pelukan mereka lalu menuntun Renata keluar.

Ada banyak spot di rumah keluarga Mahendra yang bisa dinikmati sebagai tempat bersantai. Selain kolam renang dan taman yang memiliki kolam ikan koi gendut - gendut, ada mini bar yang di sampingnya terdapat meja bilyard. Rooftop juga bisa jadi pilihan yang bagus di malam hari. Jika langit cerah, cukup banyak bintang yang bisa dinikmati.

"Kita mau ke mana, Satya? Ke taman kah?" tanya Renata saat Satya menuntunnya keluar.

"Ke rooftop," jawab Satya singkat.

"Gimana? Udah siap belum?" tanya Satya kepada seorang tukang kebun keluarga Mahendra yang bernama Deddy saat mereka hendak naik ke tangga menuju lantai paling atas.

"Udah beres, Tuan Dirga," Deddy mengacungkan dua jempolnya. Pria berusia awal 40 tahunan itu cengigisan saat menjawab pertanyaan Satya. "Udah saya kerjakan bareng Mbak Fitri tugas dari Tuan Dirga. Udah cakep bener pokoknya."

"Sip!" Satya mengangguk puas. Dia tidak protes dipanggil Dirga, sudah biasa.

"Sip, Tuan. Selamat cinta - cintaan sama Nyonya Renata ya...," Deddy cekikikan lagi sambil melambaikan tangannya.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang