Bab 62

171 14 2
                                    

"Dirga? Apa yang kamu rasakan? Kamu baik - baik aja?"

Dirga menatap Renata dan dokter Teresa bergantian sembari mengatur nafasnya.

"Apa orang tuaku menyayangiku?" Dirga menatap nanar ke arah Renata.

Renata sempat bingung dengan pertanyaan yang seolah menodongnya itu. Mana dia tahu soal itu? Bagaimana Renata harus menjawab?

Mereka pasti menyayangimu...

Awalnya, Renata ingin mengatakan demikian. Tapi bagaimana jika sebaliknya? Itu akan jadi kebohongan yang manis. Tapi saat Dirga mengetahui fakta sesungguhnya, maka dia akan lebih terpukul.

Renata ingat perkataan Ares semalam. Dirga tidak pernah punya sosok orang tua. Renata tahu apa artinya. Arga dan Veronica meninggal 15 tahun yang lalu. Maka sudah pasti maksud Ares adalah orang tua yang ada tapi seperti tidak ada.

Mungkin Dirga tidak dekat dengan mereka. Tapi soal apakah mereka menyayangi Dirga, siapa yang bisa tahu isi hati wanita itu?

Jika Renata mengatakan 'mungkin tidak', maka itu juga tidak sepenuhnya benar. Siapa tahu mereka sebenarnya sangat menyayangi Dirga. Hanya saja karena penuhnya masalah atau menjadi penggila kerja, akhirnya Dirga merasa diabaikan dan tidak disayangi.

Renata tidak tahu sama sekali apa jawaban yang benar. Jadi dia hanya berkata, "Dirga, kendalikan perasaan buruk kamu, ya. Apa kamu mendapat penglihatan memori masa lalu lagi?"

"Ya. Yang aku tahu, hubungan orang tuaku memang nggak baik. Mereka berpisah selama tujuh tahun terakhir sebelum kecelakaan itu. Tapi mereka nggak bercerai. 23 tahun yang lalu, mama pergi ke luar negeri. Tapi mama memang nggak pernah menghubungiku. Sama sekali. Nggak peduli serindu apapun aku, mama nggak pernah telepon atau mengunjungiku," jawab Dirga. "Dalam bayanganku, mama mungkin sosok ibu yang sangat menyayangiku. Itulah sebabnya aku merindukan dia setiap saat. Tapi baru aja aku mendapat ingatan saat mereka mengabaikanku dulu. Aku kecewa."

Hati Renata sangat sakit mendengarnya. Bukan dia yang mengalami, tapi Dirga, pria yang dia cintai. Itu juga sudah sangat melukai hatinya.

Renata merengkuh Dirga, mendekap kepala suaminya itu ke dadanya. Banyak kecupan dia daratkan di puncak kepala pria itu. Renata tidak pandai berkata - kata, tapi dia ingin menenangkan Dirga, memberinya kehangatan dan kasih sayang.

"Mungkin... itu sepotong memori buruk, Dirga. Buktinya kamu selalu merindukan beliau. Pasti ada momen di mana kalian dekat dan bahagia. Sabar ya, lama - lama pasti kamu bisa ingat lagi," ujar Renata.

Dirga melepas pelukan Renata. Ada air yang menggenang di sudut matanya, tapi segera dia usap sebelum air itu menetes.

"Dok, boleh saya menjalani terapi hipnosis untuk mengingat masa lalu saya?" tanya Dirga kepada dokter Teresa.

Dia tahu terapi jenis ini tidak selalu berhasil. Tapi Dirga ingin mencobanya. Dia ingin tahu semua masa lalunya.

"Entah apa efeknya nanti, apakah saya akan fusi dengan salah satu alter, terbentuk alter baru, atau apapun itu, tolong... tolong, Dok! Bantu saya mengingat masa lalu saya," Dirga memohon.

Renata mungkin benar. Mungkin, yang baru saja dia ingat adalah satu memori buruk di antara banyak memori baik lainnya. Tapi entah mengapa, perasaan Dirga berkata sebaliknya.

Dalam benak Dirga, jangan - jangan, apa yang dia ingat tadi belum apa - apa. Mungkin, kenangan lainnya malah lebih buruk dari ini.

"Kamu yakin?" tanya sang dokter.

Dirga mengangguk mantap. "Yakin, Dok."

"Baiklah. Tapi jika saya melihat reaksi yang tidak baik dari kamu, saya akan menghentikannya."

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang