Bab 60

184 14 0
                                    

Beberapa menit sebelumnya. 

"Dhimas, bisa saya minta tolong?" Renata menemui Dhimas di depan ruangan Danar beberapa saat setelah Ares masuk ke dalam.

"Ya, Nyonya? Ada apa?" tanya Dhimas.

"Ada Pak Gunardi di ruangan Dirga. Tapi Dirga nggak tahu ke mana. Masalahnya beliau keburu karena satu jam lagi ada meeting lain. Putra harusnya yang gantikan Dirga karena wakil sedang tugas ke luar kota. Tapi Putra malah nggak bisa dihubungi sama sekali. Apa kamu sibuk? Saya nggak tahu harus minta tolong siapa. Tolong carikan Putra atau temani Pak Gunardi. Gimana?"

Dhimas menoleh ke pintu ruangan Danar. Danar toh sedang bicara serius dengan Dirga di dalam. Lagipula dia tidak ada pekerjaan yang mendesak satu jam ke depan.

"Saya akan menemani Pak Gunardi saja, Nyonya," Dhimas memutuskan untuk mengambil tugas yang menurutnya lebih mudah. Menemani seorang partner paling - paling hanya bicara soal bisnis. Sedangkan mencari orang yang tidak bisa dihubungi sangat menyebalkan baginya.

Renata tersenyum puas. Usahanya menyingkirkan Dhimas dari depan ruangan Danar akhirnya berhasil. Untung saja Putra mau diajak kerjasama. Renata sendirilah yang meminta Putra mematikan ponselnya dan bersembunyi di suatu tempat.

"Makasih, Dhimas. Saya akan cari Putra kalau gitu."

"Baik, Nyonya," Dhimas pun beranjak pergi menuju ruangan Dirga.

Sedangkan Renata menjalankan aksinya begitu Dhimas sepenuhnya menghilang, yaitu menguping.

"Anda pikir, saya nggak tahu sebusuk apa Anda, hah? Nama baik nomor satu, ya kan? Anda menutupi fakta kematian ibunya Dirga demi nama baik. Anda menutupi penyakit mental Dirga juga demi nama baik. Dan Anda menutupi semua yang terjadi dalam rumah itu juga demi nama baik keluarga Mahendra yang terhormat!" Terdengar suara Ares yang jelas sekali penuh amarah.

Renata menutup mulut dengan telapak tangannya. Dia terperangah. Menutupi fakta soal kematian ibu Dirga? Bukankah ayah dan ibu Dirga meninggal karena kecelakaan 15 tahun yang lalu? Itulah yang dikatakan Merry di hari pertama Renata menjadi istri Dirga.

"Lalu jika Anda tahu pelakunya, bukankah Anda juga akan menutupinya demi nama baik? Saya rasa Anda tidak akan mengirim putra - putri Anda ke penjara, ya kan?"

Renata meremas gagang pintu ruangan Danar saking tegangnya.

"Jangan pernah sok baik untuk menutupi rasa bersalah Anda, Pak Tua! Kalian keluarga Mahendra semuanya sama."

Lalu langkah Ares terdengar mendekati pintu. Renata panik, hanya satu tempat di mana Renata bisa sembunyi dengan cepat yaitu kolong meja kerja Dhimas.

Untung tubuh Renata kecil, dia bisa melipat tubuhnya dan bersembunyi di bawah meja Dhimas dengan mudah.

BRAKK!!

Ares menutup pintu dengan keras. Renata menutup mulutnya agar tidak bersuara. Bahkan untuk bernafas terlalu cepat pun dia takut.

Renata sempat heran melihat Ares yang bergeming sambil memegangi kepalanya.

"No no no no... kenapa.... kenapa gue jadi punya memori Satya!"

Memori Satya?

Ah , ya, Renata ingat. Satya juga mendapat sebagian memori Ares. Apakah mereka sungguh - sungguh akan fusi?

Ares menggelengkan kepalanya. Terlihat sekali dia sedang berusaha menolak keras apa yang terjadi pada tubuh dan pikirannya. Lalu pria itu berjalan cepat untuk kembali ke ruangannya.

Putra menghampiri Ares beberapa langkah sebelum pria itu sampai di pintu ruang kerja Dirga.

"Tuan Ares, ada Pak Gunardi di dalam. Dhimas sedang mengajaknya bicara untuk sementara. Ini materi meeting antara Tuan Dirga dan Pak Gunardi. Bacalah sebelum Anda menemui beliau," Putra menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Ares.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang