Bab 14

319 22 0
                                    

"Opa bilang jabatan Presdir yang bisa kalian perebutkan. Tapi jabatan CEO di sini tetap milik Dirga. Kalau kamu mengincar jabatan CEO, masih ada empat perusahaan lain di Bimashakti Group yang posisi CEO-nya saat ini masih ditempati oleh orang di luar keluarga Mahendra. Kenapa kamu harus mengusik Dirga?" Renata seperti biasa bicara lantang membela Dirga.

Dirga bisa saja membela dirinya saat ini. Melawan Reyhan tidak sesulit melawan Benny. Tapi Dirga sengaja membiarkan Renata puas dengan berbicara untuknya.

Wanita itu menggebu - gebu seperti biasa. Entah mengapa dada Dirga mengembang bahagia melihat Renata yang kembali bersemangat membelanya setelah beberapa minggu terakhir ini Renata cuek dan mendiamkannya.

Sementara Irena sekarang justru berdiri dengan ponggah di samping Reyhan. Mereka bersatu untuk melawannya. Dirga tersenyum getir, memangnya kenapa? Irena adalah istri Reyhan, sudah pasti Irena mendukung Reyhan.

Dirga melirik ke sebelah kirinya di mana Renata - istrinya sendiri juga sedang menunjukkan dukungan untuknya.

Reyhan menyunggingkan senyum mengejeknya. "Untuk apa susah - susah ke perusahaan lain? Dari awal aku dan Dirga ditempatkan di sini. Kamu selama ini sombong karena kamu adalah seorang CEO sementara aku hanyalah seorang wakil direktur pemasaran. Tapi nggak lama lagi, mungkin kita akan bertukar posisi, Dirga. Bahkan, bisa jadi kamu akan terbuang dari perusahaan ini. Jangankan posisi wakil direktur, sebagai manager pun mungkin kamu nggak bisa."

"Ih! Apa kamu ngelantur? Saya udah bicara banyak dengan Putra dan Merry, perusahaan ini berkembang pesat di tangan Dirga. Bahkan tahun ini, laba perusahaan naik 42% dari tahun sebelumnya!" Renata terus membela Dirga yang sekarang malah senyum - senyum sendiri melihat betapa gigihnya Renata.

"Percaya diri banget sih kalian! Buktiin aja lah nanti," ejek Reyhan.

Tok tok tok.

Putra mengetuk pintu.

"Masuk," Dirga mempersilakan asistennya itu untuk masuk.

"Tuan, para pemegang saham mendadak meminta diadakan pertemuan darurat sore ini," lapor Putra.

"Sore ini? Kenapa mendadak sekali? Memangnya ada keadaan darurat apa?"

Putra menelan salivanya. Lidahnya mendadak kelu.

"Kenapa, Putra? Bicara aja," pinta Renata.

"Mereka ingin membahas... membahas pergantian CEO, Tuan," jawab Putra.

"Hah?" Renata terlihat gusar detik itu juga. Sementara Dirga hanya tersenyum simpul dengan sangat tenang padahal Reyhan sudah memperdengarkan dengusan mengejeknya.

"Oke. Jam berapa?" tanya Dirga.

"Pukul empat sore, Tuan."

Dirga tertawa renyah. "Mereka bahkan nggak bisa menunggu sampai besok pagi. Terimakasih, Putra. Apa ada lagi yang mau kamu laporkan?"

"Tidak ada, Tuan."

"Kamu boleh keluar," Dirga beralih menatap Reyhan dan Irena. "Kalian juga boleh pergi. Pintu keluar masih di sebelah sana. Atau kalian belum puas mengejekku?"

Reyhan mendengus. "Untuk saat ini cukup puas. Tapi nanti setelah rapat selesai, mungkin aku ingin mengejekmu lebih dari ini, Dirga."

"Aku tunggu," Dirga tersenyum santai. "Tunggu, Irena."

Irena menghentikan langkahnya. Renata sontak menoleh ke arah Dirga. Untuk apa lagi Dirga memanggil Irena?

"Ya?"

"Apa kamu senang kalau Reyhan mengambil posisi CEO dariku?" Pertanyaan sederhana, tapi jawaban Irena akan menginterpretasikan banyak hal. Dirga tentu saja akan menganalisanya, Renata paham sekarang kenapa Dirga bertanya.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang