Bab 145

86 11 0
                                    

Setelah keluar dari kamar mandi, Julie kembali ke meja mereka. Tatapan kesal menghiasi wajahnya saat melihat Daniel mengusap noda makanan dari bibir Renata. Perasaan cemburu merayap di dalam dirinya. Rasanya masih sulit percaya. Dulu dia rela berhenti berjuang karena putus asa, dia pikir Daniel selamanya tidak akan menyukai perempuan. Andai saja Daniel menunjukkan perubahan ke arah straight saat itu, sudah pasti Juilie tidak akan menyerah.

Saking kesalnya, Julie sengaja menyenggol meja dan membuang sebagian minumannya sehingga tumpah ke baju Renata.

"Eh? Maaf, Renata," ujar Julie memasang wajah menyesal.

Renata menatapnya dengan tajam. Dia tahu bahwa Julie pasti melakukannya dengan sengaja. Daniel dengan sigap meraih sekotak tissue di tengah meja lalu membantu membersihkan baju Renata dengan tissue tersebut. "Apaan sih? Pasti sengaja, 'kan?" bentak Renata dengan nada yang penuh kemarahan, tanpa mencoba menyembunyikan kekesalan yang dia rasakan.

"Nggak kok, Renata, aku nggak sengaja." Julie tetap pura-pura bersikap menyesal dan minta maaf, tetapi Renata tahu bahwa itu pasti hanya sekadar akting. Renata yang memang tidak suka diganggu malah merasa tertantang oleh sikap Julie.

Tidak mau kalah, Renata sengaja mengambil minumannya sendiri dan menuangkan isinya ke pakaian Julie, memberi wanita itu perlakuan yang sama.

Sialnya minuman yang diberi nama oleh cafe dengan sebutan 'blue ocean' itu benar-benar berwarna biru dan menodai baju Julie yang kebetulan berwarna dominan putih.

"Aduh," gumam Aditya, mulai menyesali keputusannya membawa Julie ke sini. Sepertinya, tidak ada perdamaian antara dua wanita yang sedang bersaing dalam hal cinta.

Sementara Daniel hanya menelan ludah, dia tahu ini adalah cikal bakal keributan tapi dia sangat payah dalam menangani masalah semacam ini. Jika dia ikut campur, sudah pasti dia akan disembur nafas api oleh naga Renata. Daniel berada dalam kebingungan.

Mata Jullie memanas. Kali ini dengan sikap terang-terangan, Juli merebut minuman Tari lalu menyiramkannya lagi ke badan Renata.

"Astaga, JULIE!" Didorong oleh rasa kesal, Daniel membentak Julie. Julie memberi pria itu tatapan memelas. Dalam hati, dia sangat sedih sekaligus marah Daniel meninggikan suaranya. Selama ini, Daniel selalu ramah padanya. Tapi demi Renata, Daniel membentakknya.

"Maaf, Daniel. Aku tadi nggak sengaja dan udah minta maaf. Tapi Renata terus menuduhku dan malah sengaja nyiram bajuku pakai segelas penuh minuman biru itu."

"Bohong! Kamu pasti sengaja gara-gara kamu kesel sama pembicaraan kita di toilet tadi, 'kan?" Renata mencibir. Dia tidak mau kalah, tanpa ragu, dia meraih minuman Daniel dan kembali membalas dendam dengan menyiramkannya ke arah Julie.

Tari melongo dan Ryan memijat pelipisnya karena pusing dengan keadaan ini.

Nafas Julie menjadi berat, bajunya basah, dingin dan kotor. Aditya yang menyadari Julie sedang melirik gelasnya sontak menggenggam erat gelas itu. Secara bersamaan, Julie berusaha menarik gelas Aditya karena gelas itulah yang paling dekat dengan posisinya, sementara gelas Ryan terlalu jauh.

Aditya mati-matian mempertahankannya. Selain karena tidak ingin Julie menyiram Renata lagi, Aditya sengaja memesan minuman yang baru dirilis minggu lalu itu karena dia penasaran bagaimana rasanya. Saat mencoba untuk pertama kali, ternyata dia sangat menyukai rasanya. Jadi, Aditya merasa sayang jika minuman itu harus berakhir menjadi senjata perang.

Sreeeek ...

Aditya menggeret gelasnya menjauh.

Sreeeek ...

Julie dengan kekuatan penuh menggeret gelas tersebut ke arahnya lagi. Namun Aditya dengan kekuatan yang lebih besar berhasil menahan gelasnya.

"Jangan! Mulai sekarang minuman ini resmi aku nobatkan sebagai minuman favoritku!" Aditya menepis tangan Julie lalu meneguk sampai habis minuman itu. "Aaaaah ... segar ..."

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang