Bab 19

296 21 0
                                    

"Apa kamu selalu ikut saat Dirga kerja kayak gini?" Satya berpaling dari laptopnya kepada Renata yang sedang membaca buku di sofa tamu ruang kerjanya.

Keberadaan Renata di sana membuat Satya kurang konsentrasi. Dia sangat menikmati pekerjaannya sebagai penulis walaupun tidak ada yang mengetahui identitas aslinya karena Satya menyamarkan dirinya dengan nama pena yang unik.

Dia butuh konsentrasi tinggi jika mengerjakan pekerjaan Dirga yang berkutat di urusan managemen ini. Sedangkan jika ruangan tidak cukup sunyi, otaknya tidak terlalu bagus dalam bekerja.

"Eh? Nggak sih. Tapi akhir - akhir ini kalau bosan, aku suka main ke sini gangguin Dirga."

"Dan dia nggak keberatan?"

"Asal aku diem dan nggak berisik, dia nggak pernah protes."

Tok tok tok

"Masuk," Satya mempersilakan orang yang mengetuk pintu untuk masuk.

"Ada apa, Putra?"

"Tuan Satya, tiga hari lagi Julia sudah harus berhenti bekerja. Kita tidak bisa lagi menunda pemilihan sekretaris baru karena kita masih perlu melakukan hand over dari Julia ke sekretaris baru. Itu mungkin butuh dua atau tiga hari," jawab Putra.

"Julia mau resign?"

"Ya, Tuan. Dan itu sudah satu setengah bulan yang lalu. Di surat keputusannya, Julia akan resmi berhenti tiga hari lagi. Tapi, Tuan Dirga tidak kunjung menentukan penggantinya karena Tuan Dirga sangat pemilih. Beliau merasa tidak ada yang kualifikasinya seperti Julia."

Satya menghela nafas panjang. Mengerjakan pekerjaan kecil seperti memantau laporan dari direksi bisa dia kerjakan. Tapi merekrut karyawan terlalu beresiko jika yang dia pilih nanti tidak sesuai selera Dirga. Apalagi Dirga sangat pemilih dalam memilih karyawan.

"Kamu minta saya yang putuskan?" tanya Satya.

"Kita harus cepat, Tuan."

"Tapi bagaimana kalau pilihan saya nggak sesuai dengan kriteria yang Dirga inginkan?" Satya merasa berat hati.

"Aku aja! Aku aja! Aku bisa jadi sekretaris. Aku punya pengalaman jadi sekretaris manager. Aku udah biasa handle kerjaan sekretaris eksekutif. Dan aku lulusan managemen administrasi kantor. Cocok kan?" Renata berdiri menawarkan dirinya dengan penuh semangat.

Putra dan Satya saling lirik.

"Ayolah... waktu aku nggak punya koneksi, aku sering berdarah - darah ngelamar kerja karena tersingkir sama yang dapat rekomendasi orang dalam. Sekarang bahkan setelah aku jadi istri CEO, aku tetep nggak bisa dapat kerja? Kerjaku bagus kok, buktiin sendiri deh," racau Renata.

"Kamu udah jadi istri CEO ngapain mau jadi sekretaris? Kamu kan bisa santai di rumah dan dapat uang tiap bulan," Satya menatap Renata dengan heran.

"Awalnya juga aku pikir begitu akan seru. Tapi aku udah terbiasa kerja keras semenjak ayah sakit dan aku yang jadi tulang punggung keluarga. Sekarang aku nggak punya kerjaan, tiap hari nggak jelas mau ngapain. Aku bosan!"

"Ya udah sini mana CV kamu!" Satya mengulurkan tangannya.

"Pakai CV segala?"

"Ya iyalah! Kamu kan ngelamar kerja."

Renata merengut tapi tetap mengirimkan file CV-nya kepada Satya. Satya membacanya dan mengangguk - anguk. Pengalaman Renata sangat banyak. Satya pikir Renata cukup bagus. Tapi apa Dirga akan setuju?

"Saya nggak tahu profil kamu sesuai sama selera Dirga apa nggak. Tapi karena udah darurat, kamu terima aja hand over dari Julia dulu sampai benar - benar paham. Nanti kalau Dirga kembali, biar dia yang putuskan kamu perlu diganti atau dipertahankan," ujar Satya.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang