Bab 67

174 18 0
                                    

Renata bersikap sok cool saat Daniel keluar dari kamar mandi. Begitu mendengar pintu kamar mandi dibuka, Renata menyembunyikan kegirangannya dan merapikan sprei tempat tidur yang berantakan pasca dijadikan trampolin dadakan.

Aroma parfum Daniel kembali menusuk hidung, padahal ini dini hari dan mereka hendak tidur lagi.

"Harus banget ya mau tidur pakai parfum sepabrik?" celetuk Renata sembari menarik selimutnya ke atas, menutup badannya sampai batas leher.

"Sorry, apa baunya bikin kamu pusing?"

Renata menggeleng. "Nggak sih. Udah biasa. Aromanya enak. Tapi kamu beneran kebanyakan deh pakainya."

"Aku tahu. Tapi aku pusing kalau nggak banyak," Daniel ikut menyusup ke dalam selimut juga.

"Hah? Kok aneh sih? Biasanya kalau kebanyakan malah pusing. Sejak kapan kamu pakai parfum banyak - banyak kayak gitu?"

"Hm... aku nggak ingat," Daniel berbaring terlentang menatap langit - langit.

"Kenapa? Ada yang mau kamu ceritain? Ada sesuatu yang mengganjal? Cerita aja. Kita kan bestie," Renata berbaring miring menghadap Daniel. Dua telapak tangannya menyangga pipi kirinya. "Bestie yang... udah pernah icikiwir."

"HAHA!" Daniel seketika terbahak. Dia memiringkan badannya menghadap Renata juga. Sekarang dua manusia itu tidur saling berhadapan.

"Renata, kamu udah sering ya kayak tadi sama Dirga dan Ares?" Entah mengapa Daniel tiba - tiba saja menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.

"Kamu kan udah tahu jawabannya. Lihat nih udah buncit perutku."

"Hm...," Daniel terdiam. Rasanya seperti kesal bercampur kecewa. Padahal dia tahu tidak seharusnya dia merasa seperti itu.

Melihat wajah Daniel yang mendadak sendu, Renata sudah bisa menebak isi hati pria itu.

"Kenapa?" tanya Renata.

"Eh? Nggak papa kok, aku cuma-"

"Stop! Pasti kamu kesel karena merasa kamu adalah selingkuhanku. Sementara suamiku adalah Dirga. Tapi kamu juga cemburu membayangkan aku bersama Dirga dan Ares. Iya kan?"

Daniel terperangah. Bagaimana bisa Renata menebak isi hatinya dengan sangat akurat?

"Kenapa melongo? Kaget aku bisa tahu isi hatimu?" Renata berdecak. "Bukan karena aku cenayang atau punya indera ke-enam. Tapi kalian selalu begitu. Kalian sama. Mulai jaman Andika, lalu Dirga, lalu Ares, seperti itulah kalian, cemburu sama diri sendiri."

Diri sendiri...

Sebuah fakta yang menyadarkan Daniel bahwa dia tidak nyata. Bahwa dirinya adalah Dirga.

Daniel melamun untuk sesaat. Tapi sentuhan hangat di pipinya berhasil menarik Daniel kembali ke dunia nyata. Renata mengusap lembut wajah Daniel, memberi tatapan yang dalam.

"Kamu takut menghilang?" tanyanya.

"Hah?" Renata benar lagi, Daniel tidak bisa berkata - kata. Sepertinya dia tidak usah bicara apapun, Renata langsung tahu.

Renata menarik nafas dalam - dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. "Walaupun kalian merasa bahwa kalian adalah individu yang berbeda dengan kepribadian yang unik antara satu dengan yang lainnya, kalian tetap punya kesamaan sifat. Tadi kenapa tiba - tiba ngaku sebagai Ares? Karena gengsi kan? Ares juga pernah kayak gitu. Andika, Ares, Satya, semuanya takut menghilang jika harus menjadi Dirga yang utuh. Kalian semua pencemburu, merasa aku milik kalian tapi terpaksa membiarkanku bersama yang lain. Jangan khawatir, Daniel. Mau kamu jadi Daniel atau Dirga, aku tetap cinta sama kamu."

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang