Bab 148

80 13 0
                                    

Setelah berbicara dengan Aditya, Satriya segera mengambil langkah lain untuk menemukan keberadaan Sherina. Dia menghubungi ketua tim bodyguard Dirga dan juga Gary.

"Lo cari tahu sekarang keberadaan Sherina! Gue nggak mau tahu pokoknya cepetan!" Satriya membentak Gary. Di saat seperti ini, lebih sulit bagi Satriya untuk menguasai tempramennya. Usahanya selama bertahun-tahun mengatasi masalah emosi seperti dihancurkan dalam sedetik.

Renata dan dua putranya berdiri tegang di tempatnya. Ketegangan itu bukan hanya berasal dari masalah penculikan Sherina tapi juga karena Satriya terlihat sangat menyeramkan sekarang.

Satriya merasakan amarah yang membara di dalam dirinya. Walaupun secara teoritis dia tahu bahwa berpikir jernih di saat seperti ini adalah jalan keluar pertama yang baik. Namun, rasanya masih saja sulit untuk mengendalikan diri.

Entah bagaimana, bayangan tawa kecil dari bibir mungil Sherina berkelebat dalam otaknya.

"Papa ..."

"Papa Satriya ..."

Suara imut itu menggema di dalam kepalanya seolah Sherina sedang sangat dekat. Itu adalah kebiasaan Sherina sangat memanggilnya. Satriya cukup sadar bahwa sikapnya selama ini kekanakan. Sudah berulang kali Renata mengatakan padanya untuk tidak terlalu kaku pada Sherina karena gadis kecil bisa sangat sensitif. Lagipula, semua masa lalu dengan Carla baik yang menimpa Dirga maupun dirinya bukanlah salah Sherina.

"Ya Tuhan, jaga Sherina, lindungi Sherina. Tolong jangan sampai dia mengalami hal buruk," doa Satriya dalam hatinya.

Sekarang, Satriya begitu takut para penculik itu menyakiti Sherina. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, melecehkannya. Ini akan menjadi dosa terbesarnya yang kedua setelah kasus Angga jika sampai Sherina punya trauma yang mendalam juga.

"Renata, mana bodyguard yang aku gaji buat jagain anak-anak? Mana mereka?!" Tanpa Satriya sadari, nada bicaranya meninggi.

Tapi alih-alih tersinggung, Renata fokus untuk menghubungi Putra demi bisa menjawab pertanyaan Satriya itu. Renata kenal suaminya yang satu ini. Emosi yang meluap-luap adalah kelemahan Ares dewasa. Sekalipun Ares sudah berfusi dengan Satya yang lebih sabar, tapi di saat masalah besar, sifat Ares ini kerap kali mendominasi.

"Aku nggak tahu. Aku suruh Putra buat panggil mereka ke sini," jawab Renata.

Setelah menghubungi Putra, Renata meminta kedua putranya untuk tenang menunggu di sofa. Dia sendiri lalu duduk di antara Satya dan Ares lalu merangkulkan lengannya mendekap mereka.

Tak lama, Putra masuk bersama dua bodyguard yang selama ini ditugaskan untuk mengawasi dan menjaga Satya, Ares, Sherina.

PLAK!

PLAK!

Satu tamparan dari Satriya mendarat di masing-masing pipi dua orang itu.

"Kalian kerja ngapain aja?" bentak Satriya dengan suara yang penuh kemarahan dan kekecewaan. "Gimana bisa kalian seceroboh ini jagain anak-anak? Kok bisa Sherina sampai diculik? Dan bisa-bisanya anak-anak ngelapor lebih dulu daripada kalian! Gak becus banget, anj*ng!"

Kendati dipenuhi rasa bersalah, salah satu dari dua bodyguard itu mencoba untuk membela diri. Namun Satriya tidak dapat menahan dirinya. Pria itu melepaskan amarahnya dalam satu pukulan lagi. Pukulan itu menghantam pundak salah satu bodyguard itu. Bahkan, Satriya hampir saja menghajar pria itu.

"Satriya, Stop!" Renata berdiri untuk mencegah Satriya berbuat lebih jauh. "Tenang, Satriya!"

Untungnya, genggaman dan usapan lembut Renata di lengan Satriya bisa berhasil membuat pria itu menahan diri. Helaan nafas yang panjang dan dalam cukup membuat Satriya sadar bahwa saat ini yang terpenting adalah menemukan Sherina yang hilang. Mengendalikan amarahnya, ia memerintahkan kedua bodyguard itu untuk membantu dalam upaya pencarian Sherina.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang