Bab 69

158 16 0
                                    

Rumah besar ini dulunya dihuni oleh Danar, Ervita - istri Danar, Arga, Beny dan Carla. Namun setelah Arga dan Beny menikah, mereka pindah ke rumah masing - masing, hidup terpisah dengan orang tuanya.

Jadi, sekarang rumah ini hanya dihuni oleh Danar, Ervita dan Carla yang belum menikah. Tentu saja beserta belasan pelayan yang punya tugas masing - masing.

Di rumah sebesar ini, Danar sering merasa kesepian. Dua putra tertuanya sudah meninggalkan rumah untuk hidup bersama istrinya. Sedangkan putri bungsunya sudah punya dunia sendiri.

Maka, Danar selalu senang jika ada kesempatan membawa kedua cucunya ke sini. Tanpa Danar sadari, keputusannya membawa Dirga kali ini, kelak akan menjadi awal mula terjadinya sebuah tragedi terkelam di keluarga Mahendra.

"Selamat datang Tuan Muda," seorang pelayan muda menyapa Dirga dengan ramah begitu kaki kecil Dirga melangkah ke dalam.

"Halo, Mbak Citra," balas Dirga dengan ceria.

Dirga sejujurnya sangat senang bisa meninggalkan rumahnya walau hanya dua minggu. Dia jadi tidak harus menjalani aktifitas aneh itu lagi. Dan di sini ada banyak orang menyenangkan yaitu opa dan tantenya - Carla. Bahkan semua pelayan di sini pun menyukai Dirga.

"Eh, ada Dirga?" Carla menghampiri Dirga dan Danar. Dicubitnya sebelah pipi Dirga dengan gemas.

"Halo, Tante Carla. Dirga mau nginep di sini lho. Dua minggu," Dirga mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk simbol dua.

"Wow! Ayo main ke playground kalau gitu! Biar koper kamu dibawa ke kamar," ajak Carla.

"Asyik! Ayo, Tante!" Dirga berlari kecil mengikuti langkah Carla.

Mereka masuk ke ruang bermain yang sudah berisi banyak mainan baru dibanding terakhir kali Dirga ke sana.

Dirga bermain dengan riang. Semua mainan dia coba. Walaupun Dirga sudah kelas satu SD, Dirga masih sangat senang dengan perosotan dan kolam bola.

Sedangkan Carla hanya menemaninya saja, sesekali membantu Dirga saat kesulitan menyusun lego atau puzzle.

Begitulah kehidupan Dirga selama di sana, cukup menyenangkan. Dan di sana, Dirga menjadi pusat perhatian. Dia jadi tidak merasa diabaikan seperti saat di rumah orang tuanya.

Dirga bahkan sempat berpikir untuk merengek agar dia bisa tinggal di rumah ini selamanya. Tapi kesenangan Dirga tidak berlangsung lama.

Seolah semesta tidak senang dengan kebahagiannya, Dirga harus menghadapi sesuatu yang kembali menekan mentalnya.

Sepekan Dirga di sana, Danar malah terpaksa harus pergi ke Thailand karena ada masalah pada cabang bisnisnya di sana.

"Cuma satu minggu, Dirga. Opa janji, minggu depan saat opa pulang, opa akan bawa banyak hadiah buat kamu. Sekarang kamu di sini sama oma dan tante Carla dulu ya. enam hari lagi papa dan mama kamu kan pulang," bujuk Danar saat melihat Dirga cemberut seharian setelah mendengar kabar akan ditinggal ke Thailand.

"Hm... okay, Opa. Tapi, Dirga mau di sini sampai Opa pulang, boleh?"

"Boleh dong, sayang. Kamu pindah ke sini selamanya juga nggak papa," Danar mengecup kening Dirga.

Esoknya, pria itu pergi meninggalkan Indonesia. Tinggalah Dirga bersama omanya yang tidak bisa melakukan apa - apa dan juga Carla.

Aktifitas Dirga tidak jauh - jauh dari belajar di kelas dan bermain seperti biasa.

Malam itu, Dirga merasa tenggorokannya sangat kering. Dia menghabiskan segelas air yang tersedia di nakas kamarnya tapi itu terasa tidak cukup. Dirga menginginkan air yg dingin untuk meredakan hausnya. Jadi dia berjalan ke dapur untuk mengambil air dingin.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang