Bab 24

304 21 0
                                    

WARNING!!!

Bab ini mengandung adegan dewasa yang tidak biasa. Mungkin tidak nyaman untuk sebagian orang. Untuk melewatinya, baca bagian akhir saja setelah tanda *****

###

Renata berjalan mondar - mandir di kamar Ares, gugup. Berkali - kali dia menggosok dua telapak tangannya, meniupnya, bersedekap, berkacak pinggang. Segala pose sudah dia coba untuk meredakan degup jantungnya. Tapi tetap saja debaran di dadanya tidak berkurang sedikit pun.

Sejak selesai presentasi, Renata dengan segera membaca file yang dikirimkan Merry kepadanya. File yang berisi segala informasi mengenai "kebiasaan unik" Ares itu tidak berhenti membuatnya overthinking sepanjang hari.

Setelah ini dia harus melakukannya?

Apakah sakit?

Rasanya lebih menegangkan daripada detik - detik menjelang sidang skripsinya dulu. Padahal saat itu, dosen penguji Renata terkenal paling keras dan killer.

Kegugupan Renata semakin menjadi ketika dia melihat matahari berubah redup dari balik jendela. Bola lampu raksasa itu bergerak terus ke arah barat, mengubah biru langit menjadi jingga dan kelamaan menjadi gelap seluruhnya.

"Ya Tuhan, udah malem. Gimana ini?"

Pria yang menjadi dalang utama di balik detak jantungnya yang menjadi tidak karuan itu belum tiba. Dia masih dalam perjalanan dari kantor. Ya, tidak hanya presentasi, Ares juga menggantikan Dirga secara penuh seharian ini.

Renata juga tidak bertanya pukul berapa dia akan tiba di markas serta apa dia sudah di dekat atau masih jauh.

Pukul tujuh malam, Ares belum juga tiba. Tentu saja keterlambatan Ares bukannya membuat Renata semakin tenang tapi malah semakin salah tingkah.

Renata menciumi bau ketiaknya sendiri. Padahal sore tadi dia sudah mandi. Tapi keringat dingin yang bercucuran kembali membuat tubuhnya lengket dan tidak sepenuhnya wangi.

Jadi untuk menghilangkan groginya, dia memutuskan untuk mandi lagi. Cukup lama dia mandi, menikmati guyuran angin hangat di kepalanya yang sedikit banyak meredakan rasa gugup itu.

Renata keluar hanya mengenakan bathrobe kebesaran milik Ares. Langkahnya tersentak ketika mata tajam Ares menatapnya dengan tajam. Pria itu ternyata sudah berdiri tepat di depan pintu kamar mandi.

"Sambutan yang bagus, Renata. Aku suka cewek baru mandi dengan rambut basah dan wajah polos tanpa make up kayak gini. Jangan pakai baju, pakai dalaman aja. Tunggu aku 10 menit. Aku mau mandi juga," Pria itu melewati Renata begitu saja lalu masuk ke kamar mandi.

Entah mengapa hembusan angin saat Ares melewatinya membuat bulu kuduk Renata merinding. Renata mengetuk kepalanya sambil menggeleng cepat. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Lagipula ini hanya roleplay. Bukankah selama ini hubungannya dengan Ares sangat santai bahkan mereka sering ribut untuk hal tidak penting.

Renata mengabaikan perintah Ares untuk tidak mengenakan baju. Memangnya siapa yang mau menunggu dengan hanya mengenakan bra dan celana dalam? Rasanya sangat aneh. Jadi, Renata mengenakan piama lalu duduk santai di ranjang sambil bermain ponsel.

Suasana hati Renata sudah cukup santai saat dia mendengar pintu kamar mandi dibuka. Jantungnya berdebar lagi. Untuk menutupi kegugupannya, dia pura - pura asyik dengan ponselnya tanpa menghiraukan Ares yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Renata?"

"Ya?" Renata mendongak. Ares hanya mengenakan handuk yang dia lilitkan di pinggangnya.

"Bukannya tadi aku bilang jangan pakai baju dan pakai dalaman aja? Kenapa kamu pakai baju?"

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang