Bab 51

199 18 0
                                    

"Please?" Renata memohon. Semakin Satya menolak, semakin penasaran dia.

"Jangan, ya? Ini rahasia. Hm... sebagai gantinya, saya akan kasih kamu ini," Satya dengan lembut menyingkirkan tangan Renata dari buku sketsanya.

Lalu dia membuka halaman yang paling belakang, menyobek lembaran kertas tebal itu dan menyerahkannya kepada Renata.

Renata terperangah kagum menatap gambar dalam lembaran kertas yang Satya berikan. Mata Renata berbinar melihatnya.

"Suka?" tanya Satya.

"Suka banget, Satya! Ini bener - bener kayak aku," Renata meletakkan selembar kertas yang sudah bergambar wajah dirinya itu di samping telinganya. "Lihat, sama kan?"

Satya tersenyum melihat wajah ceria Renata yang begitu girang menerima lukisan dirinya.

"Syukurlah kalau kamu suka."

"Kapan kamu diam - diam gambar mukaku? Mana mirip banget lagi! Kamu bener - bener berbakat, Satya. Kamu pintar melukis dan menulis. Apa nama penamu? Kasih tahu aku, please! Aku mau baca novel karanganmu. Aku pernah dengar dari opa kalau novel kamu udah diterbitkan dengan nama samaran."

Satya menutup buku sketsanya lalu sekali lagi tersenyum kepada Renata. Renata mendadak kembali dibuat terpesona oleh senyum Dirga dalam versi Satya ini. Senyum ini sangat tenang dan tulus.

"Nama penaku adalah Beta Alter. Nggak perlu repot cari di toko buku. Semua salinan novel saya ada di lemari buku," jawab Satya.

"Aku akan cari dan baca semuanya!" Renata menanggapi dengan penuh semangat.

"Kamu suka baca romance?"

"Suka dong! Aku pasti jadi penggemar beratmu!"

Satya tertawa. "Baca karyaku aja belum, udah jadi penggemar aja."

"Udah bisa aku terawang kalau tulisan kamu bagus," Renata tertawa pelan lalu memutar tubuhnya menghadap taman. Dia menghela nafas menatap kumpulan tanaman hias yang terhampar di bawah balkon tempat mereka berada.

Ada beberapa kelinci yang memang sengaja dipelihara di sana. Kelinci - kelinci itu berlompatan tanpa menimbulkan suara di rumput taman. Suara yang dominan berasal dari gemericik kolam air mancur buatan di sisi taman, sangat menenangkan. Bagi Renata, suasana ini setenang pembawaan Satya. Tapi, apakah dalam hati pria ini juga setenang penampilannya?

"Renata?" Suara panggilan dari Satya berhasil membuyarkan lamunan Renata. "Melamun?"

"Eh, nggak kok. Jadi, Satya, yang sibuk kamu tulis di laptop setiap hari, apa novel baru?"

Satya mengangguk sebagai jawaban.

"Apa judulnya?"

"Rahasia," jawab Satya sok misterius.

Renata berdecak kesal. "Banyak amat sih yang rahasia!"

Satya hanya tersenyum tanpa meladeni protes Renata.

"Satya, kenapa nama pena kamu Beta Alter?"

"Hm? Karena... karena aku bukan Alpha," Satya terkekeh pelan. "Ares yang Alpha. Dia paling kuat dan paling berguna. Aku alter yang nggak terlalu berguna."

"Haiiiish.. kalau kamu nggak berguna, apa kabar Daniel?"

Mereka pun tertawa lagi karena nama Daniel kembali disebut.

"Satya."

"Hm?"

"Makasih udah jadi kakak yang sangat baik untuk Dirga," Renata menatap wajah suaminya dengan pandangan yang dalam. "Dirga pasti sangat bersyukur punya sosok kakak seperti kamu."

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang