Bab 166

122 11 0
                                    

Setelah mendengar penjelasan Putra, Dirga bergegas menuju ruang ICU untuk melihat keadaan Renata.

Langkahnya sendiri terasa berat ketika dia melihat Renata terbaring tak sadarkan diri,  di tubuhnya terpasang alat bantu pernapasan dan ada banyak luka yang parah di sekujur tubuhnya.

Air mata perlahan jatuh dari kedua mata Dirga saat dia mengamati keadaan Renata yang terluka dan lemah.

Marah, sedih, dan cemas menyatu dalam hati dan pikiran Dirga, menciptakan perasaan yang rumit dan berat di dadanya. Sesal dan rasa bersalah merasuki pikirannya.

"Maafin aku, Rena. Aku nggak becus jagain kamu dan anak-anak kita," bisik Dirga dengan suara yang teredam oleh masker yang dia kenakan, berharap Renata bisa mendengarnya bahkan dalam keadaan tak sadar ini. "Kamu yang kuat ya, aku dan anak-anak selalu di sini menunggu kamu."

Namun, waktu yang bisa dia habiskan di ruangan ICU amat terbatas. Bagian lain dari hatinya terpaksa harus rela berjauhan dari Renata lalu menemani kedua putranya yang sedang dirawat di kamar perawatan.

Dirga merasa gelisah, tanpa gairah untuk melakukan apapun, terbelah antara keinginan untuk berada di sisi Renata dan memeluk istrinya itu dalam tidurnya serta tanggung jawab untuk menjaga serta menemani kedua putranya.

Pada akhirnya, bersama kegelisahan yang hampir membunuhnya itu, Dirga tetap berusaha menunjukkan ketenangan di depan kedua putranya. Dia berusaha tersenyum dan mengobrol dengan mereka meski kecemasan menguasai hatinya.

"Mama udah bangun belum, Pa?" tanya Ares.

Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terlontar dari bibir si kembar sejak Dirga kembali dari ruang ICU. Namun, sayangnya Dirga harus terus menjawab, "Belum, tapi tenang aja ya. Habis ini pasti mama sadar kok."

Esoknya, setiap dua jam sekali, Dirga mengunjungi Renata. Keadaan wanita yang dia cintai itu masih sama. Dan lagi-lagi Dirga harus kembali ke kamar si kembar tanpa membawa kabar baik apapun.

Siangnya, Bagas datang dan bergantian dengan Dirga menjaga serta mengunjungi Renata.

Dirga merasa bebannya berkurang dengan kehadiran Bagas yang ikut menjaga serta menghibur si kembar.  Sayangnya, kehadiran sang ayah belum mampu membuat Renata sadar.

*****

Sejak kepulangan Julie dari UGD, Aditya menginap di apartemen Julie untuk mengumpulkan bukti yang Dirga minta.

Dia punya beberapa bukti diantaranya hasil lab sampel pizza sisa mereka yang mengandung obat tidur dan rekaman CCTV apartemen yang memperlihatkan seorang laki-laki masuk ke apartemen Julie lalu keluar sambil menggendong Julie yang tertidur.

"Gimana? Apa kamu bisa buktikan aku nggak salah?" tanya Julie sore harinya setelah dari pagi Aditya datang dan pergi karena sibuk mengurus kasus ini.

"Ada beberapa hal yang bisa jadi bukti. Tapi pelaku bikin semuanya ganjil dan menyebabkan kamu berpotensi jadi tersangka juga," ungkap Aditya membuat Julie terperangah.

"Tapi itu fitnah! aku nggak tahu apa-apa."

"Ya, aku percaya sama kamu. Tapi ini udah sore. Tiga jam lagi aku harus menemui Dirga. Tapi aku punya beberapa pertanyaan buat kamu. Ini juga kemungkinan besar bakal ditanyain sama Dirga. Jadi aku mau kamu jawab semua yang tanyakan dengan jujur supaya aku bisa bantu kamu, okay?" Aditya menyingkirkan laptopnya dan mulai fokus menatap Julie saja.

"Dirga?" Julie salah fokus. Dia malah terusik dengan nama Dirga.

"Ya. Sebentar." Aditya berdiri dan berjalan ke salah satu rak yang ada di ruang tamu Julie. Dia kembali dengan membawa satu majalah bisnis.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang