Bab 116

121 15 0
                                    

Aditya mengangguk puas mendengar jawaban Tari. Tapi dia masih menahan diri untuk tidak menginterogasi Tari di hadapan dokter Teresa. Apalagi, raut ketakutan masih jelas terpampang di wajah gadis itu, Renata sampai iba melihatnya. Walaupun Renata tahu gadis itu menyukai suaminya dalam identitas fiktif, tapi masih saja ada rasa cemburu meskipun Renata sudah mencoba untuk bersikap sebijak dan serasional mungkin.

"Apa kamu bersedia menceritakan semua yang kamu ingat?" Dokter Teresa bertanya secara perlahan.

Tari mengangguk pelan. Dia pun menceritakan bagaimana awalnya Dirga ingin menyerangnya namun pria itu seolah sedang berperang dengan dirinya sendiri. Sampai akhirnya Dirga pingsan dan seorang pria yang tidak dia kenal menyerangnya secara brutal.

Sang dokter dan tiga orang lainnya menyimak dengan seksama kata demi kata yang terucap dari bibir Tari. Renata dan Dirga amat lega ternyata bukan tangan Dirga lah yang melukai Tari. Sedangkan Aditya beberapa kali tertangkap mata sedang berlaga puas dan bangga pada dirinya sendiri yang bisa menebak dengan benar. Dia menjentikkan jarinya bahkan membenarkan kerahnya dengan wajah sumringah tiap kali Tari mengungkap fakta yang sesuai dengan dugaannya. Wajah songongnya seolah berkata, "Kan! Apa kubilang!"

"Tapi, kenapa hipnotis Mahira nggak bekerja, Dok?" tanya Dirga usai Tari menyelesaikan semua ceritanya. "Kalau dari ingatan saya waktu itu, harusnya saya yang melukai Tari karena begitulah isi sugesti Mahira, kan? Kenapa saya bisa bertahan dan nggak melukai Tari padahal saya di bawah pengaruh hipnotis wanita itu?"

"Hipnotis memang tidak selamanya bekerja. Saya bicara soal hipnotis di dunia medis. Hipnotis di dunia medis adalah murni science, Dirga. Kesadaran seseorang tidak bisa kami kendalikan tanpa persetujuan dan kerelaan yang bersangkutan. Tanpa kepercayaan dari orang yang menjalani terapi hipnosis, sugesti kami tidak akan bisa masuk. Bahkan bisa jadi pasien tidak bisa dibuat tertidur. Jika berhasil masuk pun, sugesti dari kami tidak bisa mengalahkan beberapa prinsip hidup yang sudah terlanjut tertanam begitu kuat pada diri pasien. Misalnya keyakinan agama atau idealisme tertentu," jawab sang dokter.

"Coba kamu jujur sama saya, Dirga," Dokter Teresa kini menatap Dirga lebih serius. "Saat Mahira berulang kali memanggil kamu Nathan walaupun kamu sudah mengelak, saat itu kamu mulai meragukan dirimu sendiri kan? Alih-alih percaya diri bahwa kamu memang bukan Nathan, kamu mulai percaya pada Mahira karena kamu berpikir mungkin kamu punya alter yang bernama Nathan sehingga Mahira mengenali kamu sebagai dia. Benar?"

Dirga berpikir sejenak, berusaha meraba kembali perasaannya kala itu. Sesaat kemudian, pria itu mengangguk. "Ya, Dok. Memang itu yang saya pikirkan saat itu."

"Itulah sebabnya Mahira dengan gaya yang meyakinkan terus menerus memanggil kamu Nathan. Dia sudah tahu kamu punya DID dan dia ingin membuat kamu meragukan dirimu sendiri lalu percaya sepenuhnya padanya. Begitulah sugesti Mahira berhasil mempengaruhi kamu saat itu. Tapi, sepertinya kamu memegang prinsip kuat bahwa tidak boleh menyakiti perempuan. Jadi, kamu bisa tetap mencegah diri kamu menyakiti Tari. Ilmu yang dipakai Mahira sama saja seperti yang saya gunakan karena dia senior saya di bidang ini. Hipnotis kami bukan guna-guna dengan sihir yang membuat seseorang bisa melakukan apapun sesuai kehendak kami. Saya nggak bisa bicara banyak kalau menyangkut hipnotis dengan sihir, tapi hipnotis kami memang hanya dipergunakan untuk kepentingan terapi," pungkas sang dokter.

"Saya mengerti, Dok," Dirga mengangguk paham.

"Jadi," saut Aditya. "Karena nggak berhasil membuat Dirga melukai Tari, mereka mengalihkan tugas kepada pelaku yang asli itu. Ini pasti udah jadi plan B mereka makanya pria itu cepat datang dan menyerang Tari begitu Dirga pingsan."

"Bener, itu masuk akal. Mereka pasti udah jadikan pria itu plan B jika Dirga nggak berhasil melukai Tari," timpal Renata.

"Lalu, saat Tari di rumah sakit, Mahira berkunjung dan malah menghipnotis Tari juga, membuat Tari lupa dan merasa yakin bahwa pelakunya adalah Dirga. Aku menduga kayak gitu karena ada video Mahira tertangkap kamera CCTV rumah sakit sedang masuk ke kamar Tari," lanjut sang detektif.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang