Bab 167

126 13 0
                                    

"Pertama, waktu itu aku udah menemukan jejak orang yang membuang Satriya begitu aja." Aditya mengawali penjelasannya. "Dia perempuan muda. Baru 17 tahun. Namanya Imaniar dan dia adalah ibu kandung Satriya."

Aditya menyerahkan berkas penyelidikannya kepada Dirga. Cafetaria tempat mereka bicara sedang ramai dengan lalu-lalang para pengunjung dan penjaga di rumah sakit.

Di tengah suasana cafetaria yang riuh, Aditya tak henti-hentinya memaparkan hasil penyelidikannya dengan penuh semangat. Dia menyampaikan setiap detail yang dia temukan selama proses investigasinya.

Dirga, di sisi lain, diam dan menyerap semua informasi dengan hati yang terasa berat dan penuh pergolakan.

Dia merasa hanyut dalam kata demi kata yang Aditya utarakan. Tubuhnya bergerak tak nyaman di atas kursinya, tidak mampu menghadapi aliran fakta yang keluar dari bibir Aditya dengan tenang.

Suasana penuh kebisingan di sekitar mereka menjadi samar dan tidak relevan bagi Dirga yang tenggelam dalam pikirannya yang kacau.

Tangan Dirga gemetar ketika ia mulai membaca berkas investigasi dari Aditya. Dia merasakan akumulasi kemarahan di dalam dirinya, dan dadanya bergemuruh akibat ketegangan yang melingkupi hatinya.

"Cukup!" potong Dirga dengan suara yang tegas, menyela pemaparan yang panjang dari Aditya.

Aditya terperangah melihat reaksi yang tiba-tiba dari Dirga. Dia tidak mengerti mengapa Dirga tiba-tiba ingin menghentikan penjelasannya.

"Buang ini semua!" Dirga menyodorkan berkas-berkas itu kepada Aditya.

"Apa?" Aditya mengerutkan keningnya, heran.

"Bakar berkas-berkas ini kalau perlu. Tolong, rahasiakan semua ini, okay? Siapapun nggak boleh tahu identitas orang tua kandungnya Satriya. Mulai sekarang Satriya adalah anakku dan Renata. Dia adiknya Andika. Aku ayahnya. Renata ibunya. Nggak perlu ada yang tahu masa lalunya termasuk Renata, Satya, Ares dan Sherina. Hentikan aja penyelidikannya! Aku bakal tetep bayar kok buat usaha kamu selama dua minggu terakhir ini."

"I–iya tapi kenapa?" tanya Aditya dengan wajah penuh kebingungan.

Dirga menghela nafas panjang dan mencoba menenangkan dirinya sendiri. Suaranya menjadi lembut namun penuh dengan ketegasan saat dia menjawab, "Nggak selamanya tahu kebenaran itu yang terbaik. Kamu fokus aja selidiki soal Julie dan kecelakaan Renata. Makasih banget ya kamu banyak bantu aku selama ini. Aku harus balik ke kamar anak-anak."

Aditya melongo menerima permintaan yang tiba-tiba ini. Dirga dan Daniel yang awalnya sama-sama ingin tahu soal orang tua Satriya malah sekarang menolak melanjutkan penyelidikan. "Ini serius?" tanya Aditya masih tidak percaya.

"Serius." Dirga berdiri dan menempuk pundak Aditya sebelum dia berlalu pergi. "Bakar ya, jangan lupa."

Dan pria itu pun pergi, meninggalkan Aditya bengong sendiri.

*****

Setelah melalui perawatan selama beberapa hari, luka-luka di tubuh kecil Satya dan Ares akhirnya sembuh. Walaupun masih sering ingat kepada Renata, dua bocah itu sudah mulai ceria karena kehadiran Bagas, Sherina, Sheryl, Fandy dan Danar.

Selama Renata sakit, Andika dan Satriya ditemani oleh dua baby sitter serta kakek dan tante mereka, Sheryl.

Hari ini, Satya, Ares dan Sherina diperbolehkan untuk melihat keadaan mama yang mereka rindukan. Hanya saja mereka tidak diperkenankan masuk ke ruang ICU karena anak-anak rawan terinfeksi penyakit dan juga berpotensi membuat kegaduhan.

Perawat bilang, mereka diijinkan melihat keadaan Renata dari kaca. Meskipun tidak puas, tapi karena rindu, mereka bersedia melihat hanya melalui jendela.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang