Bab 22

292 24 1
                                    

"Pokoknya parah banget, Bu Bos. Katanya tulang Pak Bos patah, trus darahnya buanyak banget, kepalanya... kepalanya mau pecah!" Gery bercerita dengan menggebu - gebu.

"Hah?" Renata terperangah, dia kehilangan kata - kata.

Dengan panik dia meraih tas tangannya yang berisi dompet dan ponselnya lalu menyeret Gery ke depan.

"Ayo ke sana buruan! Pakai motor aja!" Renata berusaha keras mengatur nafasnya. "Ayo, Gery!"

Gery tersandung kakinya sendiri saking paniknya. Dia membonceng Renata menggunakan motor dan mereka melaju dengan kencang.

Renata biasanya sangat tidak suka kebut - kebutan seperti ini. Tapi sekarang rasanya Gery masih kurang cepat. Padahal mereka berjalan sampai kendaraan dan bangunan di kanan kiri mereka terlihat seperti lampu jalan yang berwarna - warni.

Sampai di rumah sakit, Renata berlarian ke ruang UGD. Gery mengikutinya dari belakang.

"Pasien yang baru saja kecelakaan atas nama Ares Sanjaya sebelah mana ya, Mas?" tanya Renata pada petugas ruang UGD.

"Kecelakaan? Ares Sanjaya? Nggak ada tuh, Mbak," jawab petugas itu.

"Hah?" Renata bingung.

"Ketemu, Bu Bos! Pak Bos di dalam, ayo!" Gery memang tadi langsung masuk saja ke ruang UGD tanpa bertanya pada petugas jadi dia bisa tahu posisi Ares.

Renata mengikuti Gery dan benar saja, ada Ares yang duduk bersandar di salah satu ranjang. Renata melirik nama yang tertera di papan pasien, tertulis nama Dirgantara Mahendra.

Jadi Ares sudah berubah jadi Dirga lagi?

"Dirga!" Renata berlari memeluk pria itu dengan erat sembari memberi kecupan di keningnya. "Dirga, kamu nggak papa?"

"Lepas! Gue bukan Dirga. Gue Ares."

"Hah?"

"Kenapa? Kecewa?"

Renata menggeleng cepat.

"Sama sekali nggak kecewa," ucapnya lalu memeluk Ares sama eratnya seperti tadi. "Ares, untung kamu nggak kenapa - kenapa. Aku cuma berpikir kamu berubah jadi Dirga karena nama yang tertulis di papan itu nama Dirga."

Ares mengetuk dahi Renata. "Trus harus nama siapa? Gue cuma punya KTP atas nama Dirga."

"Oh iya ya, hehe."

Renata memindai dan memeriksa seluruh tubuh Ares. Hanya ada kakinya yang digips karena patah tulang. Selebihnya hanya lecet - lecet kecil biasa.

"Bu Bos cinta banget ya sama Pak Bos?" kikik Gery.

"Gery!" Renata sontak memberi Gery tatapan tajam. "Kamu bohongin aku ya tadi? Mana kepala yang mau pecah dan berdarah - darah? Orang Ares cuma patah tulang aja kok!"

"Hehe," Gery menggaruk lehernya. "Cuma pengen tahu reaksi Bu Bos aja. Ternyata panik banget."

Ares hanya mencibir. Pasti karena tidak ingin tubuh Dirga yang berharga terluka, pikirnya.

"Aku bicara sama dokter dulu ya. Tunggu sini!" Renata beranjak meninggalkan Ares bersama Gery untuk menemui dokter.

"Bos, Alfian dan yang lain udah mulai cari tahu soal Rudy Wangsa. Kayaknya nggak cuma Rudy deh, istrinya dan anaknya yang namanya Irena itu, merek semua punya keterkaitan sama Bu Bos. Tapi penyelidikannya belum rampung, kan masih tadi pagi mulainya," lapor Gery.

"Oke. Terus selidiki sampai kalian dapat info yang sejelas - jelasnya. Seperti biasa laporin semua perkembangan ke gue."

"Siap, Bos."

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang