Bab 106

118 14 0
                                    

Malam ini Renata dan Satriya menikmati waktu berdua mereka di balkon kamar. Papa kedua dari si kembar dan Sherina itu duduk bersandar di bangku besi estetis yang ada di balkon kamarnya. Kepalanya menengadah ke langit dan dadanya naik turun menikmati udara dingin malam yang mengalir ke paru-parunya.

Sedangkan Renata memilih untuk menjadikan lengan suaminya sebagai sandaran. Mata keduanya terpejam, sama-sama lelah dengan aktifitas mereka hari ini. Mereka hanya terdiam dalam posisi itu untuk beberapa lama sambil berpegangan tangan. Tidak ada percakapan apapun yang terjadi.

"Capek?" tanya Satriya memecah keheningan, matanya masih terpejam, posisinya tetap sama seperti sebelumnya.

"Hm. Pengen tidur tapi otak berpikir terus, jadi susah mau merem," ungkap Renata.

Satriya lalu membuka matanya, menatap wajah Renata yang masih terpejam di sampingnya. "Mau dansa?"

"Eh?" Renata sontak membuka mata dan mendongak memandang suaminya. "Dansa?"

"Hm," Satriya mengangguk.

"Aku kan nggak bisa dansa," aku Renata. Mana bisa di berdansa?

"Aku kan juga nggak bisa," Satriya tertawa pelan.

"Lha trus? Ngapain dansa kalau gitu?"

"Pokoknya gerak aja. Daripada diem. Ayo!" Satriya berdiri. Satu tangannya terulur ke arah Renata. "Ayo, cantik."

Dengan pipi yang sudah bersemu merah karena dipanggil 'cantik', Renata meraih tangan Satriya untuk dia genggam.

Renata berdiri di sisi Satriya yang saat ini sedang memilih musik untuk mengiringi dansa mereka.

Dipilihnya sebuah lagu lawas berjudul 'Fly Me to the Moon'. Satriya memutar lagu ini versi asli yang dinyanyikan oleh Frank Sinatra alih-alih versi cover atau remake yang lebih baru.

"Oke, trus gimana?" Renata bingung harus mulai dari mana

Tapi Satriya hanya tersenyum dan menggandeng tangan Renata menuju bagian balkon yang lebih luas. Satu tangan Satriya menautkan jemarinya dengan jemari Renata, sedangkan tangan satunya lagi melingkar di pinggang istrinya.

"Taruh satu tanganmu di pundakku," pinta Satriya. Renata melakukan instruksi suaminya. Lalu mereka mulai bergerak mengikuti irama musik yang sedang berputar.

Gerakan mereka asal, tapi justru itu yang mengundang keceriaan di wajah keduanya. Sesekali mereka bergerak berlawanan, membuat dada mereka bertubrukan bahkan kaki yang saling menginjak secara bergantian.

Tapi tiap kali kesialan semacam itu terjadi, mereka hanya tertawa, menikmati ketidakbecusan mereka, yang penting menari, itu saja.

Lagu ini cukup ceria, bahkan bagian akhirnya mengingatkan Renata akan musik penutup pada adegan kejar-kejaran Tom & Jerry.

Saat musik berganti menjadi lagu lain yang berjudul 'Close to You' versi Olivia Ong, gerakan mereka melambat. Lebih tepatnya, mereka hanya berpelukan dan bergerak ke kanan kiri mengikuti tempo musik.

"Capek?" tanya Satriya.

"Iya, lumayan. Kan kamu udah tanya tadi," jawab Renata sambil tetap menenggelamkan wajahnya ke dada suaminya.

"Maksudku, capek nggak jadi istriku?" Satriya memperjelas pertanyaannya. "Suami kamu punya gangguan mental dan banyak musuhnya. Hidupmu jadi rumit."

Renata tersenyum dalam dekapan Satriya. Dirga dulu juga pernah menanyakan pertanyaan yang sama. Sepertinya, baik sebagai Dirga atau alternya, mereka tetap punya kekhawatiran yang sama.

"Biarpun rumit asal selalu sama-sama, pasti semua bisa terlewati. Aku beruntung bisa berakhir bersama cinta pertamaku. Orang bilang, cinta pertama pasti gagal. Berarti aku istimewa, ya kan? Sedari awal kamu adalah pacar yang aku impikan untuk jadi suamiku, kamu Alvino-ku. Jadi aku nggak pernah menyesal jadi istrimu." Sambil mengeratkan pelukannya, Renata melanjutkan, "Semua manusia di bumi pasti capek dengan permasalahan hidup mereka sekalipun suami mereka nggak menderita DID."

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang