Bab 110

113 15 0
                                    

"Ya Tuhan." Di kamarnya sekarang, Renata menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Hatinya ikut merasakan kesengsaraan yang Dirga tanggung saat pria itu baru saja mengetahui fakta ini.

"Dirga," gumam Renata lirih.

"Jadi, dari ingatan itu, jika hipnotis Mahira bekerja sepenuhnya, gue lah orang melukai Tari," Dirga terisak di video. "Gue yang menganiaya dan melukai gadis nggak berdosa itu, Sat, Dan. Gue yang melakukannya."

"Dirga," Kini Renata turut terisak melihat suaminya menangis di depan kamera. Apalagi, saat wajah pria itu mulai memerah dan dia menyeka cairan yang mengalir dari hidungnya dengan tisyu, dada Renata menjadi terasa sangat nyeri.

Sejak awal kemunculan masalah ini, Dirga sudah sangat cemas bahwa dia berubah menjadi monster jahat yang melukai seorang perempuan sampai sesadis itu.

Pantas Dirga seketika berubah menjadi alter terkuat yang selalu menggantikannya menanggung rasa sakit usai menjalani terapi dengan dokter Teresa.

"Nggak papa, Re. Nggak papa," Daniel merengkuh Renata ke dalam pelukannya. Tangannya mengusap lembut kepala istrinya itu. "Dirga nggak sengaja, dia di bawah pengaruh hipnotis. Setidaknya Nathan bukan alter. Lebih sulit menyingkirkan Nathan kalau dia alter sungguhan. Tenang ya, aku akan coba menyelesaikan masalah ini supaya Dirga bisa kembali."

"Kasihan Dirga, Dan," Isak Renata. Suara tangisnya semakin kencang. "Dia pasti terguncang."

"Ssstt ... it's okay. It's okay," Daniel masih terus mendekap Renata sembari memberi wanita itu sentuhan lembut di kepala. "Percaya sama aku. Aku akan bantuin Dirga dan Satriya mengungkap siapa dalang di balik kejadian ini. Mengingat, orang brengsek itu nggak membawa kasus ini ke kepolisian sama sekali. Aku rasa targetnya adalah merusak mental Dirga. Mungkin dia pikir kalau Dirga jadi Satriya atau aku karena mentalnya down, maka kami nggak akan terlalu berguna di perusahaan. Tapi aku dan Satriya akan buktikan bahwa kami bisa kerja sebagus Dirga. Kami akan buktikan kami juga bisa handle semuanya dengan baik sampai Dirga kembali."

Renata mengangguk pelan, wajahnya masih tenggelam dalam dada Daniel yang super wangi. "Makasih, Daniel."

"Kenapa harus makasih, hm? Aku juga Dirga, seperti katamu dan semua orang."

Renata mendongak menatap wajah suaminya. Walaupun Daniel membalas tatapannya dengan tersenyum, ada nada kecewa yang masih bisa Renata rasakan dari kalimat terakhir Daniel.

Dengan lembut, Renata meletakkan telapak tangannya di dada Daniel. "Siapa pun kalian, kalian adalah suami yang aku cintai."

Daniel menggenggam telapak tangan Renata yang ada di dadanya, bibirnya mendarat lembut di kening istrinya itu. "Makasih."

"Kemarin, Aditya minta aku siapin tim untuk mengepung Mahira di kediamannya. Aditya bilang, kita harus dapat pengakuannya. Sebenernya, ada private bodyguard milik Dirga dan anggota gang Satriya. Tapi ... kali ini aku mau menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan mereka. Apa kamu keberatan?"

"Hm?" Renata menegakkan tubuhnya. Matanya bertemu dengan mata Daniel. Entah apa maksud Daniel tidak mau melibatkan orang-orang Dirga dan Satriya. Bukankah itu berbahaya?

"Tapi kenapa, Daniel?" tanya Renata.

"Itu karena–"

"Karena?" Renata menahan kepala Daniel yang sudah hendak mengalihkan pandangannya. "Ada apa? Lihat aku, Dan!"

"Sebenarnya, aku punya krisis kepercayaan diri. Aku selalu merasa kalah hebat dibanding Dirga dan Satriya. Aku nggak secerdas Dirga dan aku nggak sekuat Satriya. Dirga kebanggaan opa. Satriya bisa hidup tanpa uang opa. Sedangkan aku–"

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang