Bab 10

383 24 6
                                    

"Udah belum, Pak? Duh, agak cepet dong. Kok lama sih, Pak? Katanya ahli!"

Seorang pengrajin perhiasan melirik kesal ke arah Andika yang sedari tadi tidak sabar menunggunya menyelesaikan pekerjaan.

"Mas, tahu nggak? Saya kerjanya baru satu menit lho. Keburu amat sih! Bentar lagi jadi," gerutu bapak pengrajin itu.

Sebenarnya pekerjaannya mudah, hanya memasang pengait kalung yang rusak karena Andika menariknya dengan keras hingga lepas dari leher Irena dua hari yang lalu.

Hanya saja sikap Andika yang kurang sabar membuat tangannya entah mengapa melambat.

"Nih! Selesai," Pria itu menyerahkan kalung yang sudah memiliki pengait baru itu kepada Andika.

Upah untuk pekerjaannya pun segera Andika serahkan.

"Makasih, Pak," Andika berlalu pergi dengan senyum mengembang di wajahnya.

Dengan semangat, Andika kembali ke rumahnya untuk menemui Renata. Pasti Renata sangat senang dengan hadiah ini.

"Rena! Rena, kamu di mana?" Andika mencari - cari Renata yang tidak bisa dia temukan di kamar.

Renata yang baru selesai mandi segera keluar dari kamar mandi saat mendengar namanya dipanggil.

"Ada apa, Dika?"

"Eh? Kebetulan kamu udah mandi. Ayo keluar!" ajak Andika.

"Ke mana lagi?" Renata berdecak dalam hatinya.

Semenjak Dirga berubah menjadi Andika, ucapan 'ayo keluar' sangat sering dia dengar. Andika sangat suka menghabiskan waktu di luar rumah. Jalan - jalan ke mall, bermain timezone, menonton film di bioskop, berpindah dari satu cafe ke cafe lain bahkan memberi makan burung dara di taman.

Entah kapan Dirga akan muncul mengambil alih lagi. Sudah tiga hari Andika menolak untuk menggantikan Dirga ke kantor. Yang paling susah dari perubahan Dirga menjadi kepribadian lain seperti biasa adalah Putra yang lagi - lagi harus meng-handle semua masalah seperti penundaan meeting dan lain - lain.

Hanya jika Dirga berubah menjadi Satya lah Putra tidak pusing. Selain Satya dan Dirga, semuanya adalah biang masalah.

"Belanja gaun buat hadir di pernikahan Kak Reyhan dan Irena. Sana ganti baju, aku tunggu," Andika dengan santai duduk di sofa yang biasanya menjadi tempat tidur Dirga.

"Trus? Kamu di situ? Keluar! Aku mau ganti baju," Renata mengusir Andika.

"Kenapa aku harus keluar? Emangnya salah aku lihat istriku ganti baju?" Andika tersenyum jahil.

"Istrimu? Aku istrinya Dirga. Bukannya katamu begitu waktu itu? Kalian kan orang yang berbeda?" Renata mengembalikan semua ucapan Andika saat pertama kali Andika tahu bahwa Renata adalah istri Dirga.

Andika mengerucutkan bibirnya. Yah, ternyata Renata adalah spesies wanita yang ahli sejarah. Dia mengingat semua perkataannya dengan tepat.

"Tapi... kamu bilang karena aku ada di tubuh kak Dirga jadi otomatis aku juga suami kamu," Andika mendongak sembari mengedip - kedipkan matanya dengan cepat.

"Akh! Nggak bisa nggak bisa! Tetep nggak bisa! Sana keluar cepet biar aku bisa ganti baju. Kamu mau jalan apa nggak?"

"Kenapa harus aku yang keluar? Kenapa nggak kamu aja yang ganti di kamar mandi?"

Renata menghentakkan kakinya sebal. Tidak ada pilihan lain, dia meraih bajunya lalu berganti pakaian di kamar mandi, meninggalkan Andika yang tertawa lepas melihat kelakuannya.

"Imut banget sih," gumam Andika.

Renata menghela nafas panjang sembari menggerutu pelan karena dia harus berganti pakaian di lantai yang masih agak basah. Tapi setelah memikirkan ulang, sejak kehadiran Andika, pernikahannya dengan Dirga menjadi tidak terlalu buruk.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang