Bab 57

192 17 0
                                    

"Siapa kalian?" tanya Dirga.

"Saya Pranata," Pranata - suami Mia mengulurkan tangannya kepada Dirga.

"Ada keperluan apa datang ke sini? Kalau sekretaris saya mencegah kalian masuk, kalian tidak boleh masuk."

Mia tadinya hendak mengulurkan tangannya juga seperti suaminya. Tapi melihat Dirga merespon dengan dingin tanpa menyambut uluran tangan Pranata, Mia mengurungkan niatnya.

"Tapi kita keluarga, ya kan? Kami om dan tantenya Renata," Pranata berkata dengan percaya diri. "Renata sangat akrab sama istri saya. Ya kan, Mia?"

"Eh? Oh, hm, i- iya," Mia mengangguk canggung. Dalam hati dia menyesal telah membual kepada suaminya akan hubungannya dengan Renata.

"Kata siapa?" Renata menyela. "Tante Mia kan beberapa waktu yang lalu mengusirku dari rumah karena takut ketahuan om. Bukankah tante bilang nggak mau om dan mertua Tante tahu kalau Tante punya keluarga miskin? Tante selama ini pura - pura sebatang kara kan? Kenapa tiba - tiba ke sini mengakuiku sebagai keponakan? Tante sehat?"

Dirga menghela nafas. Lagi? Masalah tante - tante lagi?

"Keluar! Keluar dari ruangan saya, saya banyak pekerjaan," usir Dirga.

"Dirga, jangan terlalu ketus. Ini pasti ada kesalahpahaman," ujar Pranata masih tidak percaya bahwa istrinya membual.

"Pak Dirga atau Tuan Dirga. Panggil saya dengan sebutan yang pantas," Bukannya melunak, Dirga sengaja semakin bertindak angkuh di depan dua orang itu.

"Pak Dirga. Oke, paling tidak kita sedang di kantor jadi sudah selayaknya kita bersikap lebih formal dan profesional," Pranata mengalah saja. Dia tidak ingin memulai keributan dengan Dirga.

"Satu menit. Katakan apa keperluan kalian dalam satu menit," ujar Dirga sembari menghitung mundur dengan jam tangannya.

Renata melirik senang ke arah Dirga yang bisa mengintimidasi Mia dengan baik.

"Pak Dirga, saya berharap Anda menerima penawaran kerjasama dengan perusahaan saya. Saya tahu Anda sudah mengirim email penolakan, tapi coba pertimbangkanlah sekali lagi," Pranata memohon.

"Kerjasama apa?" Dirga belum paham apa yang Pranata maksud.

"Saya dari PT. Permata Building. Saya sudah mengirim ulang proposal dengan penawaran yang lebih baik," jawab Pranata.

"Permata Building? Putra, kamu ingat soal Permata Building?" Dirga malah bertanya kepada Putra karena jujur saja terlalu banyak perusahaan yang menawarkan berbagai hal kepada perusahaan ini sampai Dirga tidak ingat satu persatu nama perusahaan itu.

"Ingat, Tuan. Baru saja Anda meminta saya membuang proposalnya ke tempat sampah," Putra tanpa sungkan memungut proposal itu dari tempat sampah.

Baik Pranata dan Mia memandang syok ke arah Putra yang tanpa rasa bersalah mengibaskan debu proposal itu lalu menyerahkannya kepada Dirga.

Sedangkan Renata mengeluarkan suara aneh seperti orang yang ingin tertawa tapi menahannya.

"Oh Tuhan! Penawaran sampah ini? Lupakan saja Pak... siapa?" Dirga memicingkan matanya berusaha mengingat nama Pranata.

"Pranata."

"Ah ya, Pak Pranata. Satu email penolakan harusnya cukup. Jangan menjatuhkan harga diri Anda dengan datang kemari membuat keributan."

"Keributan? Kalian anak muda jangan keterlaluan! Setidaknya kita bisa bernegosiasi dulu. Lagipula kita keluarga, kan?" Pranata masih saja bersikeras membawa status keluarga yang tidak akan terlalu berguna itu.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang