Bab 113

107 17 0
                                    

"Kamu tidak mau menjelaskan?" Danar menatap tajam ke arah menantunya itu. "Mau Papa aja yang beri tahu Reyhan?"

"Pa, aku beneran nggak ngerti maksud Papa apa," Lia menggeleng cepat. Sejujurnya, dia juga tidak tahu apa maksud mertuanya itu. Tapi ada sedikit kekhawatiran bahwa sang mertua tahu rahasia besar yang dia tutupi selama ini.

"Ada apa ini? Apa kalian menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Reyhan sambil menatap Danar dan Lia secara bergantian.

Daniel dan Renata juga tidak mengerti apa yang terjadi. Tidak ada agenda soal masalah misterius antara Danar, Lia dan Reyhan ini dalam pertemuan mereka. Jadi, mereka hanya bisa diam menyaksikan drama baru di keluarga mereka.

"Reyhan, apa kamu merasa opa nggak sayang sama kamu?" Danar beralih menatap Reyhan. Matanya masih berembun seperti sebelumnya sampai-sampai Reyhan urung mengeluarkan bentakannya lagi. "Bukankah opa selalu memperlakukan kamu, Dirga dan si kembar Sherly Sheryl dengan adil? Waktu kalian kecil, ruang mainan besar itu untuk kalian semua. Apa pernah opa melarang kamu main di sana? Apa pernah opa menolak memberikan mainan yang kamu mau? Sejak kalian SMP, kalian bisa memilih sekolah manapun yang kalian mau. Opa memperlakukan kalian semua sama nggak peduli mana yang cucu kandung dan mana yang bukan!"

"Maksudnya, aku bukan cucu kandung Opa?" Sekarang giliran Reyhan yang matanya berembun. Tentu saja selama ini dia merasa bebas bersikap manja, meminta ini itu bahkan merengek dan memberontak karena dia merasa dirinya adalah anak kandung di keluarga ini.

Tapi apa ini? Bukankah ucapan Danar tadi menyiratkan bahwa dia bukan cucu kandung?

"Tanya sama mama kamu, apakah kamu adalah anak dari putra saya—Beny,"Danar memalingkan wajahnya, menatap kosong ke sisi dinding agar tidak perlu bertemu tatap dengan Reyhan.

"Ma?" Reyhan menatap Lia. Hanya itu yang dia katakan, satu sebutan 'Ma' tanpa menambah pertanyaan apapun karena sudah sangat jelas apa yang ingin dia dengar dari mulut mamanya itu.

"Tunggu, Reyhan bukan anak kandungku?" Kini Beny juga ikut menatap Lia dengan penuh tuntutan.

Selama ini, tidak pernah ada yang mempertanyakan soal darah yang mengalir di tubuh Reyhan. Reyhan sangat mirip dengan Lia, seperti Lia saat masih muda versi laki-laki. Beberapa anak laki-laki terkadang memang sangat mirip dengan ibunya. Jadi, tidak ada yang curiga.

"Jawab, Lia!" bentak Beny. Rumah tangga mereka yang beberapa minggu terakhir sudah sering bertengkar itu jadi semakin panas saja.

"I–itu ..."

"Saya menyayangi semua cucu saya," potong Danar. "Termasuk Reyhan. Sebelum kematian Veronica, setiap hari saya selalu berharap para cucu main ke rumah. Saat Reyhan SMP, saya mendapat bukti kuat bahwa Reyhan bukan anak kandung Beny."

Danar melirik tajam ke arah Lia. "Apa kalian melihat perubahan sikap saya pada Reyhan sejak saat itu? Nggak kan? SAYA MENYEMBUNYIKAN APA YANG SAYA KETAHUI KARENA SAYA SUDAH TERLANJUR MENYAYANGI REYHAN! Saya nggak mau dia sedih dan kecewa!"

Dua tangan Reyhan terkepal, dia menyembunyikan amarah dan kekecewaan yang nyaris saja membuat tubuhnya bergetar. Bahkan kedua air matanya pasti meneteskan air jika tidak dia tahan habis-habisan.

Renata dan Daniel saling tatap, mereka tidak menyangka akan serunyam ini masalahnya. Mereka pikir Reyhan hanya serakah dan tukang buat masalah karena iri hatinya pada Dirga. Tidak mereka sangka ternyata Reyhan bukan anak kandung Beny.

"Tapi apa yang kamu lakukan, Lia? Kamu terus mencekoki anakmu ini dengan kebencian terhadap Dirga karena iri hatimu. Sejak remaja, Reyhan selalu mengerjai Dirga," Danar mengarahkan pandangannya kepada Reyhan sekarang. "Kamu pikir, Opa nggak tahu saat kamu sengaja merusak mobil papa kamu lalu menfitnah Daniel?"

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang