Bab 91

140 15 0
                                    

"Papa kedua!" Renata memeluk Satriya. "Anak kamu udah lahir. Tuh mereka lagi bobo."

Renata menunjuk tiga bayi yang sedang tertidur pulas. Namun Renata masih memeluk Satriya dengan begitu erat seperti orang yang sangat Rindu.

Satria terpaku di tempatnya. Wajahnya setengah melongo melihat ada tiga bayi di dekatnya.

"Kamu udah melahirkan?" Satriya melepas pelukan Renata dengan lembut lalu berjalan mendekati para makhluk mungil itu.

"Ini ... ini kenapa ada tiga krucilnya?" tanya Satriya.

"Oh, ini yang cewek anaknya Sherly. Sherly udah meninggal. Dia nggak bisa bertahan karena pendarahan parah setelah melahirkan," jawab Renata.

"Hah? Si Sherly tewas?" Satriya terperangah.

"Meninggal, Satriya. Bukan tewas."

"I–iya itulah maksudnya. Trus kenapa anaknya di sini? Kamu yang ngurus? Kasih ke baby sitter aja!" Satriya memang terkejut Sherly meninggal tapi dia tidak merasakan kesedihan sama sekali.

Berbeda dengan Dirga yang menyayangi Sherina seolah bayi itu adalah anak ketiganya, Satriya yang dulunya adalah Ares malah membenci semua keluarga Mahendra termasuk yang tidak ada sangkut pautnya dengan trauma masa lalu Dirga seperti Sherly dan Sheryl.

"Udah ada kok baby sitter-nya. Tapi aku juga sayang sama Sherina. Jadi biar aja dia tidur sini, ya? Karena dia nggak punya mama papa lagi, aku dan Sheryl jadi pengganti mamanya. Dan kamu juga salah satu papanya," ujar Renata.

"Aku? Papanya? Ih, dia kan anaknya Sheryl sama si Albert anak buah Vincent itu!" Satriya mendengus, merasa tidak senang.

Renata menghela nafas. Sepertinya kali ini kepribadian Ares lebih dominan. Tapi Renata tidak akan memaksa. Dia yakin tidak akan sulit membuat Satriya menerima Sherina karena ada kepribadian Satya dalam diri Satriya.

"Dia yatim piatu lho sejak lahir. Dia cuma bayi yang nggak berdosa. Kamu nggak kasihan sama dia?" Renata mencoba memancing sisi penyayang Satriya supaya keluar.

"Kasihan," jawab Satriya singkat.

"Nah ... makanya nggak ada salahnya kita menjadi orang tua pengganti buat dia, kan?"

"Hm."

Renata tersenyum. "Ya udah daripada merengut, lihat nih anak-anak kamu. Ini kakaknya," Renata menunjuk Satya.

"Yang ini adiknya," Renata menunjuk Ares.

"Nama mereka beneran jadi Satya dan Ares?" Satriya menatap satu per satu wajah si kembar.

"Iya," Renata mengangguk.

"Tunggu, mereka kayak udah gede, ya? Umur berapa? Berapa lama aku nggak keluar?" Satriya menatap ke wajah Renata lagi.

"Mereka umur tiga bulan. Mungkin sekitar dua minggu setelah kamu digantikan Daniel, aku lahiran."

"Daniel? Kamu melahirkan ditemani Daniel?" Satriya semakin terkejut. Dia pikir Renata melahirkan ditemani Dirga. "Nggak rusuh apa itu orang?"

"Rusuh sih," Renata terkekeh mengingat kejadian saat dia melahirkan. Dia ingat bagaimana Daniel menjadi suami paling berisik di sana.

Satriya berdecak. "Harusnya aku yang temani kamu lahiran. Aku kan suami kamu."

"Daniel kan juga suamiku. Papa pertama aja nggak protes."

"Dirga cuma papa pertama tapi aku gabungan dua papa!" Satriya ngotot.

"Ssstt ... jangan berisik! Nanti para bocil kebangun."

Satriya tetap memasang wajah kesal. "Ya udah lah. Setidaknya aku nggak nungguin kamu libur nifas," Tiba - tiba Satriya terkekeh.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang