Bab 104

119 15 0
                                    

Renata berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Sampai di deretan ruang bernama sama, langkahnya melambat. Matanya fokus pada nomor yang tertempel di depan pintu setiap ruang perawatan itu.

Tiba di depan nomor 10, Renata membuka secara perlahan pintu itu. Ini adalah ruangan kelas dua. Ada dua ranjang yang dibatasi oleh sekat ruangan. Di ranjang berlabel B, Renata melihat seorang gadis remaja sedang duduk bersandar di atasnya.

"Tari?" tanya Renata.

Ada pria yang kemarin datang ke rumah keluarga Mahendra duduk di samping ranjang. Pria itu sontak berdiri melihat kedatangan Renata. Gadis itu juga memalingkan wajahnya menghadap Renata.

"Iya," jawab Tari.

"Duduk, Mbak," ujar ayah Tari menunjuk kursi lain yang ada di ruangan itu.

"Perkenalkan, saya Renata," Renata mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

Tari menyambut tangan itu. "Saya Tari."

"Bagaimana keadaan kamu?" tanya Renata usai jabat tangan mereka berakhir.

"Sudah jauh lebih baik," jawab Tari. "Mbak siapa?"

"Saya adalah istri dari Dirga, pria yang kamu dan ayah kamu kira sebagai Nathan," jawab Renata.

Tari sempat menoleh kepada ayahnya dengan raut wajah takut.

"Jangan takut. Saya berniat membantu kamu menyelesaikan masalah ini karena ini adalah masalah kita berdua. Ada yang ingin menfitnah suami saya dengan membuat akun palsu bernama Nathan, memasang foto suami saya dan menggunakan alamat rumah kami. Suami saya bukan orang jahat. Dia nggak pernah menyakiti perempuan. Kita harus tangkap orang jahat yang asli. Tapi saya perlu kamu memberikan keterangan yang lengkap dan benar supaya detektif saya bisa menggunakan jawaban kamu untuk menyelidikinya. Saya akan merekam pembicaraan kita untuk nanti saya kirimkan kepadanya. Boleh, ya?" Renata mengonfirmasi kesediaan Tari.

Tari mengangguk. "Oke."

Renata menekan tombol rekam suara di ponselnya, lalu mulai bicara.

"Sejak kapan kamu berhubungan dengan Nathan?" tanya Renata.

"Chat pertama kami di aplikasi mungkin sekitar 6 minggu yang lalu," jawab Tari. Lalu dia mengeluarkan ponselnya sendiri dan menunjukkan riwayat chatnya untuk melihat tanggal persisnya.

"Setelah chat lewat aplikasi kalian tukar nomor telepon?" Renata bertanya lagi usai membaca percakapan antara Tari dan Nathan di aplikasi itu.

"Ya," Tari mengangguk.

"Ini nomor telepon saya," Renata menyerahkan kartu namanya. "Tolong kirimkan nomor telepon Nathan ke nomor saya."

"Oke," Tari pun mengirim nomor telepon Nathan kepada Renata melalui chat.

"Kalian janji bertemu di depan toko elektronik tanggal 29 Februari jam 7 malam?" Renata melanjutkan pertanyaannya.

"Ya."

"Kenapa di sana? Setelah bertemu di depan toko elektronik, kalian jalan ke arah mana?"

"Kami bertemu di toko elektronik karena itu permintaan Nathan. Dia bilang dia punya rumah lain di pemukiman di dekat pertokoan itu. Tapi dia takut saya bingung. Jadi kami bertemu di depan toko elektronik besar itu karena tokonya terkenal jadi saya nggak akan tersesat," jawab Tari.

"Bukan. Si brengsek itu pasti memilih toko itu karena ada CCTV di depannya yang bisa merekam wajah Dirga." 

Setiap kali Tari memberi keterangan, Renata memiliki spekulasi tersendiri.

"Jadi kalian akhirnya jalan ke rumah Nathan?" Renata melirik layar ponselnya yang terus memperlihatkan aktifitas merekam.

Tari mengangguk lagi. "Ya."

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang