Bab 107

110 12 0
                                    

Paginya, Renata bangun lebih dulu. Tidurnya tidak terlalu nyenyak. Gara-gara kejadian merajuknya Satriya perkara Sherina, otak Renata jadi penuh lagi. Tapi Renata berniat menyelesaikan masalahnya satu per satu.

Cukup lama Renata merendam dirinya dalam air busa sebelum dia membasahi kepalanya dengan guyuran air super dingin. Baginya, paling nikmat mandi air dingin saat stress.

Saat akhirnya dia keluar usai menyelesaikan ritual paginya di kamar mandi, suaminya juga sudah bangun, duduk bersandar di tempat tidur sambil menatap tablet andalannya.

"Ck ck ck," Pria itu berdecak, tetap fokus menatap layar, mengabaikan keberadaan Renata sepenuhnya.

"Luar biasa, siapa orang yang merencanakan ini semua? Hahaha!" Daniel awalnya tertegun setelah membaca dan mendengar pesan yang ditinggalkan oleh Dirga dan Satriya. Tapi di akhir, dia malah tertawa lepas.

"Kenapa, Dan?" tanya Renata. Walaupun belum menyebut kata ajaibnya yaitu 'Oh my God!' yang sudah jadi password khas itu, tapi Renata sudah tahu bahwa dia adalah Daniel dari cara tertawanya.

"Eh? Kapan kamu keluar kamar mandi, Re?" Alih-alih langsung menjawab, Daniel malah salah fokus.

"Barusan. Kamu aja yang nggak denger karena terlalu fokus. Kenapa kamu ketawa?" Renata mengulang pertanyaannya.

"Oh, ini lho, seneng banget lihat muka stress Satriya," Daniel terbahak lagi. Memang hanya Satriya yang suka merekam wajahnya di layar. Sebenarnya wajah Dirga jauh lebih stress kalau saja Daniel tahu.

Tapi seandainya tahu pun, Daniel tidak suka mengejek Dirga karena mereka tidak punya masalah. Baginya, yang menyebalkan adalah Satriya karena sering mengatainya 'letoy'.

"Jangan jahat-jahat sama Satriya. Dia stress karena bebannya berat," ujar Renata sambil mengeringkan rambutnya.

"Aku yang jahat? Satriya tuh yang jahat. Dia yang sering ngatain aku dan jarang nyebut namaku kalau pas ninggalin pesan. Ini aja di video terbaru dia sebut namaku pasti karena udah dimarahin Dirga sebelumnya," jawab Daniel membela dirinya.

"Oke, oke, aku salah. Aku ganti kalimatnya, maksudku jangan ribut terus sama Satriya. Kasihan Dirga. Lagian, bukannya dulu kamu naksir Satya?" Renata melirik Daniel sambil menahan tawa saat ingat masa lalu itu. "Sampai kamu menggila saat tahu aku pengen godain dia."

"Jangan gitu dong, Re! Jangan bahas masa lalu. Lagian Satriya lebih dominan Ares," Daniel menghela nafas yang cukup panjang. "Aku kangen sosok Satya deh."

"Dominan Ares? Hm ... sebenernya nggak juga. Mereka 50:50. Kemampuan kerja Satriya kayak Satya. Dia juga sayang sama Dirga. Dan Satriya romantis banget kayak Satya," Kini Renata sedang melepas baju handuknya dan menggantinya dengan pakaian rumahan.

"Romantis?" Daniel mengulang kata romantis itu, berpikir bahwa dirinya mungkin sangat tidak romantis bagi Renata. Dan sekarang dia kesal karena Renata memuji Satriya di hadapannya. "Pasti kalau aku nggak romantis, ya?"

Renata menatap bayangan Daniel di cermin. Sambil mengancingkan bajunya, Renata tersenyum ke arah cermin karena dia tahu Daniel juga sedang memandang bayangannya di cermin. "Kalian bertiga sebenernya romantis dengan cara masing-masing. Tapi romantisme Satriya itu mirip yang di novel-novel. Mungkin karena dia penulis romansa."

"Hm," Daniel tetap tidak puas dengan jawaban itu. "Udah lah, jangan bahas soal romantisme. Aku cemburu!"

"Cemburu? Sama aku atau sama Satya?" goda Renata.

"Re!" Daniel melotot kesal.

Renata hanya tertawa sebagai respon. Paling seru memang menggoda suaminya yang paling heboh ini.

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang