Bab 163

91 10 0
                                    

Daniel mengikuti petunjuk yang ada dalam peta dengan hati-hati, memperhatikan setiap tikungan dan persimpangan. Peta itu membawanya melewati jalan-jalan kecil hingga akhirnya ia tiba di sebuah perumahan yang sepi.

"Anjir ini di mana sih?" gumam Daniel sambil terus mengemudi.

Blok paling belakang menjadi tujuan akhirnya. Rute dalam peta itu membawanya terus masuk ke blok tersebut hingga akhirnya dia berhenti di sebuah rumah dengan gerbang yang terbuka dan halaman yang tampak terlantar.

Melihat rumput dan tumbuhan liar yang tumbuh tanpa aturan di halaman depan, beberapa jendela pecah serta lantai yang kotor dan tertutup debu, Daniel yakin bahwa ini adalah rumah kosong. Dia melangkah mendekati pintu utama lalu berdiri di depannya.

"Halo?" suaranya memantul di tengah keadaan sekitar yang hening. Tak ada jawaban dari siapapun.

"Haaa ... looo ... ada orang di dalam?" Daniel memanggil sekali lagi.

Daniel mencoba menelepon nomor yang tadi mengiriminya pesan. Masih seperti sebelumnya, panggilan Daniel tidak dijawab hingga pria itu akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan, mengatakan bahwa dia sudah tiba di lokasi dan sok berani mengancam orang tersebut untuk segera memberitahukan keberadaan Julie.

Namun, lama dia menunggu, tidak ada respon sama sekali atas panggilan dan pesan yang dia kirim.

Dengan sedikit ragu, Daniel mencoba memutar gagang pintu utama. Dia mendapati bahwa pintunya tidak terkunci. Dia mengambil napas dalam-dalam, hatinya berdebar kencang saat dia melangkah masuk ke dalam rumah yang sepi itu.

Perasaan takut dan waspada masih menghantui Daniel saat dia berjalan dengan hati-hati melintasi koridor rumah. Cahaya luar yang redup menyoroti bagian-bagian ruangan yang berdebu dan ditinggalkan. Setiap langkah diikuti keheningan yang bagi Daniel cukup mencekam.

Daniel melangkah dengan waspada. Sesekali dia menoleh ke belakang, memeriksa apakah ada orang yang sedang mengawasinya. Dia terus menyisir rumah kosong ini, mengintip setiap ruang, mencari keberadaan Julie.

"Julie? Kamu di dalam?" tanya Daniel. Bahunya bergidik ngeri setiap kali suaranya menggema.

Saat memasuki sebuah ruangan, dia terkesiap saat melihat Julie tertidur pulas di sebuah sofa yang sudah sobek-sobek. Julie sedang tidak sadar. Dia kelihatan seperti orang yang sangat lelah. Sesekali, terdengar suara rintihan yang lebih mirip igauan dari bibir Julie.

Daniel merasa lega karena Julie sepertinya baik-baik saja. Alih-alih terikat seperti foto yang dia terima, Julie terlihat nyenyak bergelung di sofa jelek itu.

Meskipun begitu, rasa cemas turut menyerang hatinya. Daniel pikir, mana mungkin penculik itu tidak punya rencana apapun dan hanya membiarkan dia membebaskan Julie begitu saja?

Daniel berpikir keras, menerka-nerka kira-kira apa yang direncakan oleh penculik itu. Namun, dia tak kunjung mendapat jawaban. Dia pun memutuskan untuk mendekat dan duduk di samping Julie dengan hati-hati.

"Julie, Julie, bangun!" suaranya lembut saat ia mencoba membangunkan Julie dari tidurnya yang nyenyak.

Julie perlahan membuka matanya, kebingungan menghiasi wajahnya ketika melihat Daniel di sisinya. "Daniel? Kamu ngapain di sini?" gumamnya dengan suara serak. Julie pikir dia masih berada di apartemennya.

Daniel menatap Julie dengan penuh kekhawatiran di matanya. "Julie, apa yang terjadi? Gimana ceritanya kamu bisa ada di sini? Gimana keadaan kamu sekarang? Kamu baik-baik aja?"

Julie terdiam sejenak, mencoba memproses semua pertanyaan Daniel itu. Padahal, dia bertanya satu pertanyakan kepada Daniel, tapi mengapa Daniel menjawab dengan berondongan pertanyaan yang lebih banyak?

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang