Bab 58

173 16 0
                                    

"Mana sayangnya?" Renata merengek manja.

"Hm?" Ares bingung. Sekarang dia menyesal pura - pura menjadi Dirga hanya karena gengsi memperlakukan Renata dengan lembut seperti tadi.

Renata cemberut. "Ya udah deh, gak usah!"

Hendak bangkit karena kesal, Renata nyaris terjungkal karena Ares menahan lengannya. Untung saja Ares sigap dengan menyangga punggung Renata yang nyaris jatuh.

"Maaf, sa - yang," Pipi Ares bersemu.

Apa - apaan ini? Dia bilang maaf? Dan mengucap kata 'sayang'?

Ares tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya.

"Kamu kebelet eek, ya?" tanya Renata keheranan.

"Hah?"

"Muka kamu merah, trus ngeden - ngeden gitu bilang sayangnya."

"Haha! Masak sih? Nggak kok, nggak kebelet."

"Trus ini merah kenapa?" Renata mencubit pipi Ares lalu kembali melingkarkan lengannya di leher pria itu. "Pengen ya?"

Sejujurnya, Ares bertanya - tanya bagaimana cara Dirga dan Renata bercinta, dia ingin meneruskan aktingnya tapi dia khawatir merasa tidak puas.

Ah, memangnya kenapa kalau tidak puas? Dia bisa mengulangnya nanti, yang penting sekarang rasa penasarannya terjawab.

"Aku juga," bisik Renata dengan sangat menggoda.

Renata menunggu respon Ares yang dia kira adalah Dirga. Tapi pria itu malah tersenyum kaku.

"Kamu kenapa, sayang? Sakit? Ada memori baru yang masuk? Mau switch?" Renata menelangkup wajah Ares karena melihat ekspresi Dirga yang tidak biasa baginya.

"Hm... aku nggak papa kok. Cuma... habis mimpi buruk aja," bual Ares. "Tapi aku lupa mimpinya apa."

Ares sengaja sok lupa agar tidak ditanya lebih lanjut apa mimpinya.

"Hm... ya udah. Jam berapa ini? Kita agak kesiangan ya. Tapi masih bisa kayaknya," Renata mendudukkan dirinya di pangkuan Ares. Dua kakinya menghimpit pinggang pria itu dan gerakan pinggulnya membuat milik mereka saling bergesekan.

"Bisa apa?" Ares menelan salivanya, menahan gejolak untuk mengikat dan mencambuk punggung mulus Renata.

"Apa maksudnya bisa apa?" Renata cemberut lagi. Akhir - akhir ini moodnya naik turun dan dia merasa mudah sekali bergairah.

"Quikie... ya?" Tanpa meminta ijin, Renata membuka kancing kemeja Ares, memancing gairah pria itu dengan mendaratkan ciuman sensual di leher dan bibirnya.

Ares sempat tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Semakin intens rangsangan yang dia terima, otaknya semakin overthinking.

Apa ini? Beginikah cara Dirga melakukannya? Mengijinkan Renata sesekali memegang kendali seperti ini? Apa serunya?

Tapi Ares tetap saja mengikuti alur permainan mereka. Dia berhasil menguasai diri walaupun saat Renata memulai penyatuan mereka, Ares sempat kesulitan menahan keinginannya untuk menghujamkan miliknya dari bawah dengan keras dan cepat.

Ares membiarkan Renata melakukan apapun yang dia mau.

"Sial, bisa enak juga ternyata," ucap Ares dalam hati.

Dia terus menyerahkan kekuasaan pada Renata sampai akhirnya mereka mendapat pelepasannya masing - masing.

"Ayo mandi bareng," Renata menarik tangan Ares menuju kamar mandi.

"What the hell!! Ada acara mandi bareng juga? Mandi beneran nggak nih? Apa coba aktifitasnya kalau mandi bareng? Mencetin odol satu sama lain? Atau saling bersihin daki?" 

My Six HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang