Jilid 3

4.8K 53 1
                                    

"Ohhh, kalau begitu sekarang Kong-kong bisa mengajakku untuk pergi ke matahari, bukan?" tanya Kim Lo tertarik.

"Ya, ya, Bisa. Tapi bukan sekarang, nanti."

"Ceritakanlah Kong-kong, bagaimana caranya untuk pergi ke matahari?" tanya Kim Lo semakin tertarik.

"Dengan naik perahu...... seperti kita sekarang ini. Tapi matahari merupakan sumber panas yang hebat sekali. Dan orang harus mempelajari ilmu silat yang sangat sempurna, barulah bisa pergi ke sana! Nah, Kim Lo, setelah kembali ke pulau Tho-hoa-to, kau harus rajin-rajin berlatih ilmu yang Kong-kong ajarkan padamu?"

"Kalau kita memiliki kepandaian yang tinggi maka kita bisa pergi ke matahari, Kong-kong?"

"Ya. Kau harus berlatih baik-baik dan rajin usiamu baru sepuluh tahun. Jika berlatih sepuluh tahun lagi, niscaya kau memiliki kepandaian yang sempurna." Setelah berkata begitu, si kakek menatap cucunya dengan sorot mata yang tajam sikapnya bersungguh-sungguh ketika ia bilang:

"Dan kau mau berjanji, bukan? Jika kita telah kembali ke Tho-hoa-to, kau akan berlatih dengan giat?!"

Kim Lo seperti berpikir sejenak, ia tidak menyahuti pertanyaan Kong-kongnya, malah ia balik bertanya.

"Kong-kong bukankah aku selalu menuruti kehendakmu berlatih dengan rajin? Apakah itu kurang rajin?"

Si kakek menggeleng. "Kau memang anak baik dan rajin. Tapi, kau memerlukan ketekunan yang lebih baik untuk mempelajari semua ilmu silat yang kuajarkan! Kau belakangan ini lebih banyak bermain saja......."

"Baiklah Kong-kong, aku akan belajar dengan giat. Aku berjanji akan mematuhi semua kata-kata Kong-kong!" Kata Kim Lo.

"Kau memang seorang anak yang baik!" kata Kong-kong itu sambil tertawa senang. "Baiklah jika memang kau berlatih dengan rajin dan tekun, kelak kau bisa pergi ke matahari!"

Kim Lo juga senang. Dia mengawasi matahari yang semakin tenggelam itu beberapa saat. Dan barulah kemudian dia meniru lagi cara mendayung dari Kong-kongnya.

Lewat lagi beberapa saat, mereka telah melihat sebuah titik hitam di kejauhan. "Daratan, Kong-kong......!" berseru Kim Lo.

Lelaki tua itu mengangguk.

"Ya...... kita sebentar lagi akan tiba. Tapi ingat akan pesan Kong-kong, kau tidak boleh nakal......!" kata orang tua itu.

Kim Lo mengangguk saja. Tampaknya dia gembira. Kong-kongnya mengajaknya untuk berbelanja membeli keperluan mereka, baju, pakaian dan barang makanan, dan banyak keramaian yang bisa disaksikannya nanti. Bersemangat sekali ia mendayung, tapi tenaganya yang kecil tidak membuat perahu itu lebih laju.

<>

Siapakah kakek tua dengan Kim Lo itu?

Dialah tokoh rimba persilatan yang namanya, sangat terkenal dan menggetarkan Kang-ouw, karena dia tidak lain dari Oey Yok Su, majikan pulau Tho-hoa-to, yang berusia sangat lanjut.

Sebetulnya, Oey Yok Su sudah tidak mau mencampuri lagi urusan keduniawian. Tapi karena rasa ibanya terhadap Kim Lo, yang ternyata putera Kam Lian Cu yang diperoleh atas pemerkosaan seekor kera yang berbulu kuning peliharaan Bun Sian Cuan. (Baca Anak Rajawali)

Telah sepuluh tahun Oey Yok Su mengajak Kam Lian Cu tinggal di Tho-hoa-to, ia memperlakukannya seperti juga memperlakukan anaknya sendiri sampai akhirnya Kam Lian Cu melahirkan, dan ternyata anaknya itu seorang bayi yang memiliki muka kera, malah sekujur tubuh bayi tersebut penuh ditumbuhi rambut yang berwarna kuning.

Kam Lian Cu menangis sedih dan hampir kalap ingin mencekik mati bayinya itu, yang mendadak saja jadi dibencinya. Tapi Oey Yok Su dapat mencegah dan membujuknya.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang