Jilid 34

2K 39 0
                                    

Pelayan itu membuka matanya lebar-lebar, "Kongcu....... kau?" Tanyanya dengan suara tergagap.

Pemuda baju putih tersebut segera mengulapkan tangannya. Katanya: "Mari kita pergi, di sana kita bicara lebih leluasa."

Pelayan itu mengangguk.

Sedangkan saat itu ada seorang tentara kerajaan yang duduk di meja, yang tidak jauh dari si pelayan, telah berteriak nyaring: "Hai pelayan, ke mari kau!"

Muka pelayan itu berobah pucat, tubuhnya menggigil, tampaknya dia ketakutan sekali.

"Pergilah kau melayani dia, nanti kau keluar, aku menunggu di pekarangan!" Bisik si pemuda baju putih, sambil memutar tubuhnya dan keluar lagi dari rumah penginapan tersebut.

Pelayan itu mengangguk mengiyakan dan ia telah pergi menghampiri tentara kerajaan itu, yang rupanya sudah tidak sabar.

Si pemuda baju putih menunggu sekian lama di pekarangan rumah makan tersebut, akhirnya ia melihat pelayan yang tadi ke luar juga. Dia telah melihat, pelayan itu keluar dengan muka yang pucat.

"Kenapa?' tanya si pemuda baju putih, yang menduga ada sesuatu yang tidak beres.

Dengan muka yang pucat, dan mata sering mengawasi ke sekitarnya, pelayan itu bilang: "Mungkin pembicaraan kita didengar tentara yang tadi.......!"

"Kenapa begitu?" Tanya si pemuda baju putih.

"Karena tadi ia menanyakan apa yang telah kubicarakan dengan Kongcu, dan ia menanyakan siapa adanya kongcu?" menjelaskan pelayan itu.

"Kau jangan kuatir, Lopeh. Dia tak mendengar apa-apa, ia cuma heran mengapa kita bicara bisik-bisik!" Kata pemuda baju putih. "Nah sekarang kau ceritakanlah apa yang kau ketahui tentang Lhama baju merah itu, yang menjadi pimpinan dari pasukan tentara kerajaan ini!"

"Lhama merah itu sesungguhnya seorang Lhama yang cabul sekali!" Menjelaskan si pelayan, "Dia..... dia selalu merusak kehormatan gadis-gadis yang diculiknya!"

"Apa kau yakin akan hal itu?" tanya si pemuda baju putih.

Pelayan itu mengangguk.

"Ya....... karena beberapa orang kawanku, yang kebetulan hendak mengantarkan makanan ke kamarnya, telah memergoki dia sedang melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk! Itulah sebabnya mengapa kami mengetahui bahwa gadis¬gadis yang belakangan ini lenyap terculik, tidak lain terjatuh di tangan Lhama tersebut."

"Apakah kalian tidak melaporkan hal itu pada tie-kwan?" Tanya si pemuda baju putih.

"Kami mana berani? Untuk memberitahukan pada keluarganya saja kami tidak berani, kami tidak pernah bercerita kepada orang luar, dan baru kali ini aku bercerita kepada Kongcu! Bila dilaporkan kepada tie-kwan juga akan sia-sia belaka, malah mungkin kami membuang jiwa. Sebab Tie-kwan mana berani dengan pasukan tentara kerajaan itu? Kemungkinan, malah akan melindungi perbuatan jahat mereka!"

Waktu berkata begitu, muka si pelayan tampak pucat pias, ia telah berkata dengan suara yang perlahan: "Apa yang kuceritakan ini harap tidak diceritakan Kongcu kepada orang lain.......!"

"Jangan kuatir lopeh........ tentu rahasia ini akan kupegang teguh! Dan apa lagi yang lopeh ketahui?" tanya si pemuda baju putih. "Apa saja yang mereka lakukan selama ini?"

Si pelayan berpikir sejenak, kemudian ia bilang. "Ya, ya, ada sesuatu yang kukira penting! Beberapa orang kawanku sempat mendengarkan percakapan mereka. Bahkan aku sendiri pernah satu kali mendengar percakapan mereka, yaitu mereka menyebut-nyebut tentang Giok-sie, cap kerajaan!"

Muka si pemuda baju putih berobah. Dia serius sekali bertanya: "Apa saja yang mereka bicarakan tentang Giok-sie tersebut?"

"Mereka menyebut-nyebut Giok-sie berada di tangan Pit-mo-gay, kami tidak tahu apa itu Pit-mo-gay, jika memang lembah yang ada di gunung Song-san memang kami ketahui bernama Pit-mo-gay, tapi mereka menyebut orang-orang Pit-mo-gay. Setahu kami di Pit-mo-gay selain dari iblis dan setan, tidak ada manusia........ Apakah memang mereka bermaksud pergi ke Pit-mo-gay atau bukan, kami kurang mengetahui jelas!"

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang