Dari semua ceritanya itu si gadis she Cin memperlihatkan bahwa ia telah menyebar luaskan teman-teman dan anak buahnya, buat melakukan penyelidikan. Karena semua persoalan apa pun ia mengetahui dengan jelas.
Kim Lo diam-diam menghela napas.
"Dia tampaknya mencurahkan seluruh perhatian buat perjuangan membangun negeri dan mengusir penjajah. Justeru aku mengapa malah telah memikirkan selalu urusan wanita?"
Karena berpikir begitu, Kim Lo jadi merasa malu bukan main.
Mereka melakukan perjalanan terus dan dalam dua hari lagi tentu mereka sudah sampai di tempat yang dijadikan pusat kekuasaan pasukan Cu Goan Ciang.
Dalam dua hari itu, mereka selalu bertemu dengan pasukan Cu Goan Ciang, karena daerah sekitar An-see sudah dikuasai oleh pasukan Cu Goan Ciang. Karena dari itu, mereka seakan juga terlindung rapat sekali.
Selama dua hari itu mereka tidak perlu terlalu berhati-hati seperti sebelumnya. Sebab di sekeliling mereka adalah orang-orang Cu Goan Ciang yang bekerja diam-diam buat mengawal dan melindungi mereka selama dalam perjalanan atas perintah nona Cin juga.
Di waktu itu juga Kim Lo melihat betapa berkuasanya nona Cin. Banyak persoalan yang telah diselesaikannya dalam perjalanan.
Ia juga memberikan perintah kepada anak buah pasukan Cu Goan Ciang buat melakukan segala sesuatunya. Pandai dan cekatan sekali si gadis bekerja.
Sampai akhirnya disaat-saat itulah, tampak si gadis menawarkan mereka buat beristirahat di sebuah Rumah Penginapan yang berada di tempat di mana mereka telah tiba, yaitu sebuah kota yang sangat ramai dan besar, ialah kota Mung-su-kwan.
Kota itu sudah berada dalam kekuasaan dan pengawasan pasukan orang Cu Goan Ciang.
Tapi justeru di kota inilah terjadi sesuatu yang tidak disangka-sangka.
Karena pada malam itu, Ko Tie dengan Giok Hoa yang tengah berada di kamar, jadi terkejut, mendengar suara ringan sekali di atas genting kamar mereka.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan mempunyai pendengaran yang sangat tajam, seketika Ko Tie menyadari bahwa ada tamu tidak diundang.
Ringan sekali Ko Tie melompat keluar dari jendela, diikuti oleh Giok Hoa.
Diwaktu itu keadaan di luar sangat gelap sekali. Dan juga tampak di atas genting berdiri dua orang. Yang seorang berpakaian sebagai Tojin, usianya telah lanjut sekali.
"Serahkan Giok-sie pada kami!" Bentak tojin tua itu.
Temannya yang berdiri di belakangnya, seorang laki-laki berusia pertengahan pun telah membentak: "Jika tidak, kalian akan mampus!"
Ko Tie tertawa tawar.
"Siapakah kalian?"
"Inilah Ciangbunjin Khong-tong-pay."
"Sudah tidak perlu menyebut-nyebut gelaranku!" kata ketua Khong-tong-pay itu kepada kawannya.
Diapun segera menoleh kepada Ko Tie, "Hayo serahkan Giok-sie, jangan rewel lagi!"
Ko Tie memang pernah mendengar betapa Ciangbunjin Khog-tong-pay liehay sekali tapi dia tidak jeri.
"Giok-sie? Mengapa Cinjin meminta Giok-sie pada kami? Kami tidak memiliki Giok-sie yang Cinjin harapkan itu....... mungkin Cinjin salah alamat?"
Tojin itu tidak banyak bicara, karena ia hendak bekerja cepat, tahu-tahu tubuh seperti asap saja telah berada di samping Ko Tie. Tangannya juga bergerak hendak menawan Ko Tie dengan mengincar jalan darah di tubuh Ko Tie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh Seruling Sakti
FantasiaCinkeng ini merupakan lanjutan dari "Anak Rajawali".