Jilid 122

1.5K 31 0
                                    

"Sesungguhnya......." Berkata sampai disitu Pek Ie Siu-cay Ang Ie Ciu menoleh memandang pada Hui-houw-to, yang kebetulan tengah mengawasi Pek Ie Siu-cay dan nie-kouw itu dengan mata yang tajam. Mata mereka bentrok, Hui-houw-to kaget. Cepat-cepat ia menunduk.

Dan Ang Ie Ciu baru meneruskan kata-katanya: "Sebetulnya Hak-seng (murid) ingin pergi mencari Giok-sie.......!"

Nie-kouw itu tiba-tiba tertawa.

"Oh....... Giok-sie? Bagaimana jika pienie membantumu buat mencari Giok-sie! Nanti kau boleh memiliki, Pienie hanya akan bertarung buat menghadapi jago- jago lainnya yang ingin memperebutkan Giok-sie itu!"

Muka Pek Ie Siu-cay jadi cerah berseri.

"Terima kasih Sienie, terima kasih! Tentu saja saya senang sekali menerima pertolongan dan bantuan Sienie yang sakti!" sambil bilang begitu, dia merangkapkan sepasang tangannya, memberi hormat.

Sedangkan nie-kouw itu tertawa. Dia memegang pundak Pek Ie Siu-cay.

"Jangan banyak peradatan.......!" suaranya halus.

Pundaknya dipegang seperti itu, membuat Pek Ie Siu-cay bergetar hatinya. Halus sekali cara memegang nie-kouw tersebut.

Diwaktu itu Hui-houw-to tahu, percuma dia berada di situ terus, hanya menimbulkan perasaan tidak senang bagi Pek Ie Siu-cay maupun nie-kouw tersebut. Karenanya, dia sudah memutar tubuhnya untuk berlalu.

Sedangkan Pek Ie Siu-cay sama sekali tidak berusaha menahannya, ia melirik saja dan kemudian menoleh lagi kepada si Nie-kouw.

Nie-kouw itu sudah mengawasi Pek Ie Siu-cay, dia bilang. "Kau tampan sekali, Pek Ie Siu-cay!"

Muka Pek Ie Siu-cay berobah merah, tapi hatinya sangat senang sekali.

Kembali nie-kouw itu bilang. "Dalam rencanamu, kau ingin pergi ke mana buat mencari jejak Giok-sie? Siapa tahu nanti setelah memperoleh Giok-sie kau bisa duduk di singgasana sebagai Kaisar?!"

"Ohh, Sienie terlalu memuji, Sienie terlalu memuji!" Kata Pek Ie Siu-cay segera, "Sesungguhnya saya ingin pergi ke Yu-cung buat mencari seseorang, ia bernama Kam Yu dan ia tentu bisa memberitahukan di mana sebetulnya letak Giok-sie itu, karena dialah orangnya Ciangbunjin Khong-tong-pay yang akan pergi mengambil Giok-sie itu........!"

"Baiklah, mari kita pergi ke sana!"

Pek Ie Siu-cay mengangguk, dia segera bersama nie-kouw itu berlalu.

Sedangkan Hui-houw-to yang melihat ke dua orang itu sudah pergi, segera menghela napas, hatinya berduka bukan main. Ia memang dalam keadaan bingung karena tugas yang tengah dipikulnya sangat berat sekali.

Beruntung ia sudah bertemu dengan orang-orang yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Karena dari itu ia bimbang buat melanjutkan tugasnya yang memang dilihatnya sekarang sangat berbahaya sekali.

<>

Sejenak marilah kita ikuti perjalanan Pek Ie Siu-cay Ang Ie Ciu dengan nie-kouw berbaju merah itu. Dan juga tampaknya memang mereka itu memiliki hubungan yang semakin dekat.

Karenanya pula ia pun telah merasakan betapa nie-kouw yang berpakaian baju merah itu memperlakukannya dengan manis di mana terlihat sekali dengan jelas. Ang Ie Ciu menyadari bahwa dia seperti juga selalu dilibat oleh nie-kouw tersebut dengan kata-kata yang mesra.

Si nie-kouw berbaju merah tersebut juga selalu berusaha mengajak Ang Ie Ciu bicarakan hal-hal yang berhubungan dengan soal-soal wanita dan pria.

Semula Ang Ie Ciu heran juga, karena ia melihat nie-kouw ini walaupun seorang pendeta, tapi pembicaraannya selalu berkisar pada urusan laki-laki dan wanita. Mereka berlari-lari terus. Terutama disebabkan Ang Ie Ciu memiliki gin-kang yang mahir begitu pula halnya dengan nie-kouw itu yang gin-kangnya sudah mencapai tingkat yang tinggi.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang