Jilid 80

2K 42 4
                                    

Dengan mengeluarkan cambuknya itu Pu San Hoat-ong jadi bertambah lihay. Dan setiap cambuknya selalu mengancam Kim Lo dengan rapat.

Kim Lo mula-mula mengelak ke sana ke mari dengan gerakan lincah, tapi setelah menyaksikan bahwa cambuk si pendeta memang lihay diapun segera mengeluarkan serulingnya.

Waktu dia mengeluarkan serulingnya, justeru cambuk si pendeta tengah menyambar ke arah pahanya. Cepat sekali menurunkan serulingnya dia menyampok.

Terjadi benturan antara seruling dengan cambuk si pendeta. Terdengar suaranya nyaring.

"Hem, kali ini kau harus mampus di tangan loceng!" Mendengus Pu San Hoat-ong. Dia menyerang terus gencar sekali, cambuknya lihay luar biasa.

Tapi Kim Lo tenang.

"Baiklah Taysu, mari kita main-main!" katanya segera juga seruling Kim Lo bergerak-gerak lincah. Dan mereka jadi terlibat dalam pertempuran yang seru.

Cuma saja, setelah lewat belasan jurus kembali Pu San Hoat-ong harus diliputi perasaan heran dan kaget. Karena dia menyaksikan ilmu seruling pemuda ini lihay sekali.

Walaupun cambuk Pu San Hoat-ong panjang setombak lebih dan seruling si pemuda cuma beberapa kaki, tokh kenyataannya pemuda itu bisa melayani dengan baik.

Padahal dengan senjata yang lebih panjang Pu San Hoat-ong sudah bisa merampas keuntungan tak sedikit, hanya saja lawannya ini selain lincah, ilmu serulingnya juga sangat liehay.

"Aneh, siapakah dia? Mengapa ia demikian liehay? Diapun tak mau memperlihatkan mukanya....... Aneh sekali kelakuan orang ini. Hemm, aku harus berusaha merubuhkannya!" Setelah berpikir seperti itu, cambuknya menggeletar keras dan mencambuk berulang kali.

Seruling Kim Lo berputar-putar sangat lincah. Tubuh pemuda inipun seperti bayangan belaka, mereka bertempur seru sekali.

Dan akhirnya, ketika melihat cambuk Pu San Hoat-ong menyambar ke pundaknya, Kim Lo segera menerobos maju. Dia bukannya mundur, malah sebaliknya menerjang ke depan.

Itulah hal yang tidak disangka-sangka oleh Pu San Hoat-ong. Juga apa yang dilakukan oleh Kim Lo merupakan perbuatan yang berani sekali, yang sangat berbahaya buat diri pemuda itu sendiri.

Cuma saja Kim Lo sudah memiliki perhitungan sendiri. Dia memang sengaja menerjang maju dikala cambuk Pu San Hoat-ong menyambar ke pundaknya. Di waktu itu serulingnya inilah yang telah menotok tepat pada jalan darah Hie-liong-hiat si pendeta.

Begitu tertotok, si pendeta seketika merasa lemas tangan kanannya, sambaran cambuknya jadi terbendung dan berkurang kekuatannya. Tadi melihat seruling Kim Lo menyambar dia kaget dan hendak mengelakkan, tapi sudah tidak keburu, sehingga jalan darahnya itu tertotok. Dan dia mundur beberapa langkah. Mereka jadi berdiri berhadapan.

Terdengar Kim Lo tertawa sabar.

"Bagaimana Taysu, apakah ingin diteruskan?" Tanya si pemuda.

"Hemmmm, siapa kau sebenarnya?!"

"Bukankah Siauwte sudah beritahukan bahwa nama Siauwte adalah Kim Lo!!"

"Hemm, apakah itu bukan nama samaran?!"

"Bukan!"

"Baiklah! Siapa gurumu?"

"Ku kira hal itu tidak perlu kau ketahui!"

Muka Pu San Hoat-ong berobah merah.

"Hemm, suatu saat Loceng akan mencarimu! Baiklah, sekarang Loceng tidak bisa mengambil batok kepalamu, tapi nanti, hemm hemm, hemm!"

"Jadi Taysu masih tetap bersikeras hendak memusuhi diriku? Padahal di antara kita tidak terdapat permusuhan."

"Tapi aku tetap mau menangkap dan membinasakan kau! Lihatlah nanti!"

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang