Jilid 57

1.9K 35 0
                                    

"Bukan begitu! Bukan begitu!" Katanya dengan segera. "Sesungguhnya, sesungguhnya......."

"Kenapa?"

"Sebetulnya tadi siauwjin yang mengantarkan titipan barang buat Kongcu dari tetua kami!" Menjelaskan pengemis tersebut dengan suara bimbang.

"Nah, kalau demikian lebih baik lagi! Sekarang pergilah kau membawa kembali barang itu. Sampaikan pada tetuamu, aku akan bekerja tanpa memperoleh upah!"

"Kongcu.......!"

"Beritahukan juga pada tetuamu, bahwa aku bukan sebangsa pembesar rakus yang harus diberi hadiah!" Kata Kim Lo lagi. Ia bicara agak keras seperti itu, karena hatinya sangat tersinggung.

Pengemis itu jadi ketakutan, ia mengiakan beberapa kali tanpa berani membantah lagi.

"Nah, sekarang pergilah kau membawa barang itu!" kata Kim Lo.

Pengemis itu mengiyakan, ia membawa lagi barang bingkisan tersebut, setelah memberi hormat satu kali lagi pada Kim Lo ia pun berlalu.

Kim Lo telah menutup pintu kamarnya, ia pergi keluar dari kamarnya, kemudian ia pun telah pergi jalan-jalan mengelilingi kota tersebut.

Kim Lo merasakan hatinya jadi tidak gembira. Ia tidak menyangka bahwa pihak Kay-pang akan menganggap dan memperlakukannya seperti juga seorang yang tidak memiliki harga diri.

"Kay-pang sebuah perkumpulan yang sangat hebat menurut cerita Kongkong. Di Kay-pang berkumpul laki-laki sejati tapi semua yang mereka lakukan terhadap diriku, umumnya merupakan hal-hal yang tidak terpuji. Dengan mengirimkan bingkisan seperti tadi, sama saja mereka menggampar pipiku dan juga sama saja seperti memandang rendah padaku.

Dan semakin dipikirkan, Kim Lo jadi semakin tidak senang, iapun akhirnya memutuskan, karena ia telah menjanjikan akan membantu Kay-pang untuk mencari jejak si pembunuh, maka ia akan melakukan tugas itu, yaitu mencari jejak pembunuh yang telah membinasakan tiga orang Kay-pang. Tapi jika ia telah berhasil mencari si pembunuh, ia akan meninggalkan tempat ini dan tidak berhubungan lagi dengan pengemis tersebut.

Setelah berputar-putar sekian lama, akhirnya Kim Lo kembali ke rumah penginapan. Ia melangkah cepat, dan ia bermaksud untuk tidur.

Tapi baru saja ia melangkah beberapa tindak tiba-tiba ia melihat seseorang yang tengah mengikuti di belakangnya. Orang itu adalah seorang pendeta.

Sebelumnya Kim Lo tidak menyadari dirinya tengah dikuntit. Justeru sekarang begitu ia melihat sikap si pendeta muda, mungkin baru berusia tujuhbelas tahun, mencurigakan sekali, ia pun sengaja berjalan ke arah barat.

Ia melihat pendeta itu tetap saja mengikuti di belakangnya. Dan semakin kuat kecurigaan Kim Lo bahwa dirinya tengah dibuntuti oleh pendeta muda tersebut.

"Hemmm, aku ingin melihat apa yang kau inginkan?" Pikir Kim Lo jadi mendongkol. Ia dengan sengaja mengayunkan langkahnya ke arah sebelah selatan kota tersebut. Ia telah pergi ke sebelah kanan jalur jalan yang sepi. Keadaan di situ memang jauh sekali dari keramaian.

Pendeta muda tersebut masih juga mengikutinya. Dan tampaknya memang pendeta itu tidak mau melepaskan orang yang dibuntutinya.

Kim Lo memperlambat jalannya, pendeta muda itu pun memperlambat jalannya. Ketika tiba di tikungan, sengaja Kim Lo menikung perlahan-lahan dan setelah terlindung oleh dinding rumah tiba-tiba Kim Lo melesat ke atas genting berdiam di situ.

Pendeta muda tersebut bergegas menyusul muncul di tikungan tersebut. Dia telah memandang sekelilingnya, karena ia kehilangan orang yang di ubernya.

Waktu itulah Kim Lo mendadak sekali melompat turun, meluncur dengan cepat. Belum lagi pendeta muda tersebut mengetahui apa yang terjadi, tangan Kim Lo telah mencengkeram jubahnya di bagian dada. Bentak Kim Lo,

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang