Jilid 62

2K 43 0
                                    

Tiang Su dan Yu An maupun pengemis yang lainnya pun telah maju menyerangnya. Un Ma Siansu jadi kewalahan, terdesak hebat. Akhirnya ia terluka.

Dan dengan adanya pertempuran yang berlangsung puluhan jurus tersebut, membuat pengemis-pengemis yang keluar dari ruang dalam semakin banyak. Dan mereka mengepung Un Ma Siansu, menyerang buat melampiaskan kemarahan mereka.

Akhirnya si pendeta terbinasa dengan keadaan yang mengenaskan sekali. Mukanya rusak dan tubuhnya hancur berkeping-keping. Yang Tiam memang tidak berusaha melindungi dan menyelamatkan jiwa si pendeta yang jadi pembunuh murid-murid Kay-pang, karena ia menduga tentunya si pendeta seorang yang telengas dan kejam, yang tidak perlu dibiarkan hidup terus.

Murid-murid Kay-pang yang terbinasa dalam keadaan menyedihkan sekali. Itulah sebabnya ia membiarkan murid-murid Kay-pang lainnya ikut menyerang si pendeta dan membinasakannya.

Tubuh Un Ma Siansu menggeletak tidak bernapas lagi dengan keadaan yang mengenaskan.

Yang Tiam bersama pengemis-pengemis lainnya berdiri diam dengan wajah memperlihatkan rasa tidak puas. Karena mereka telah membalaskan sakit hati tiga orang anggota Kay-pang yang dibinasakan pendeta itu.

Yang Tiam menghela napas dalam-dalam, ia teringat kepada orang yang berpakaian serba putih dan muka selalu tertutup itu. Dan setiap gerak-geriknya sangat aneh sekali, dengan kepandaian yang dahsyat.

Ia seorang pendekar yang sungguh-sungguh aneh. Tapi kepandaiannya sangat sakti. Terlebih lagi dengan serulingnya, ia merupakan pendekar yang menakjubkan sekali bagaikan naga yang dahsyat atau harimau yang perkasa.

Dan karena tidak mengetahui jalan asal usul Kim Lo, Yang Tiam maupun pengemis-pengemis lainnya dalam kesempatan berikutnya bercerita kepada kawan-kawan mereka, selalu meyebut Kim Lo sebagai Pendekar Aneh Berseruling Sakti.

Memang sesungguhnya kehadiran Kim Lo di dalam rimba persilatan dalam waktu yang sangat singkat telah menggemparkan. Karena sepak terjangnya yang aneh dengan selubung muka di mana sebagian besar wajahnya tertutup.

Dan juga kepandaiannya yang begitu hebat, memang di saat itu kenyataan telah bicara. Telah lahir seorang pendekar, Pendekar Aneh Berseruling Sakti.

<>

Kim Lo pagi itu sudah melakukan perjalanan lagi, karena ia ingin cepat-cepat tiba di Yang-cung dusun kecil tempat dimana ia harus menemui Ko Tie dan yang lain-lainnya, seperti yang telah dijanjikan Oey Yok Su. Sedangkan saat untuk bertemu itu sudah kian dekat juga hanya kurang dari satu bulan lagi.

Dari tempatnya berada untuk mencapai Yang-cung mungkin memakan waktu dua minggu. Itupun jika memang dalam perjalanan tidak ada rintangan yang menghambat perjalanannya.

Pagi itu Kim Lo sudah berada di daerah sebelah Utara Su-coan. Ia harus melewati lagi seratus lie lebih, barulah ia dapat keluar dari daerah Su-coan Utara dan akan tiba di kota Wie-cun.

Daerah Wie-cun merupakan daerah yang masih liar. Liar di sini dimaksudkan karena di daerah tersebut pihak kerajaan boleh dibilang tidak berhasil menancapkan kekuasaannya.

Dan orang di Wie-cun umumnya selalu menggunakan hukum rimba. Siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Dan tentu saja daerah seperti itu akan membuat siapapun harus berusaha memperoleh kekuatan dan kekuasaan dengan menghimpun anak buah sebanyak mungkin. Tidak jarang pula kekacauan terjadi di daerah tersebut.

Memang Kim Lo pun selama dalam perjalanan telah mendengar keganasan penduduk di Wie-cun. Namun mau atau tidak ia harus melewati daerah itu, untuk mempersingkat perjalanannya, dengan mempercepat jalan dan memotong tiba di Yang-cung.

Kalau memang Kim Lo mengambil jalan ke arah barat niscaya ia harus mempergunakan waktu yang lebih banyak, karena tentu ia harus jalan berputar lagi akhirnya ke utara. Karena itu, Kim Lo akhirnya memutuskan untuk menempuh perjalanan dengan melalui Wie-cun.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang