Jilid 95

1.7K 37 0
                                    

Dia bisa hinggap di tanah dengan baik sekali dengan kedua kakinya tiba lebih dahulu.

Begitulah, mereka telah tertinggal oleh kuda Hui-houw-to yang berlari keras terus.

Kuda hitam itu dikendalikan oleh laki-laki berbaju hitam itu tiba dengan cepat. Dan wanita tersebut tanpa bilang apa-apa telah melompat ke punggung kuda orang berbaju hitam itu.

"Cepat kejar.......!" katanya.

Tampaknya wanita ini sengit sekali, sebab hampir saja tadi dia terbanting dari atas kudanya. Maka dari itu, panas hatinya, dia ingin mengejar Hui-houw-to sampai dapat.

Sedangkan laki-laki berbaju hitam itu mengiakannya, ia membedal kudanya dengan segera. Ia mengetahui bahwa wanita itu menumpang di kudanya, karena wanita ini tak mau membuang-buang waktu lagi dengan mengejar kudanya yang telah berlari jauh itu. Dan ia membedal kuda hitamnya itu, agar berlari lebih cepat lagi.

Sedangkan wanita itu tampaknya tidak sabar ketika melihat jarak antara Hui-houw-to dengan kuda mereka semakin terpisah jauh.

"Ayo cepat kejar....... ayo larikan kuda lebih cepat!" ia mendesak lelaki baju hitam itu.

"Ya....... ya.....!" kata lelaki baju hitam itu berulang kali, dan ia membedal terus kudanya.

"Hemm, walaupun bagaimana, kita harus dapat mengejarnya, tak mungkin ia melarikan kudanya terus menerus, karena akhirnya pasti ia akan berhenti buat beristirahat, kita kejar terus walaupun dia melarikan diri ke ujung langit......!"

Lelaki baju hitam itu mengiakan lagi, kuda hitam itu berlari terus dengan pesat.

Cuma saja, disebabkan sekarang penunggangnya bertambah seorang, lari kuda hitam itu bukannya semakin cepat malah semakin lama jadi semakin perlahan dan lebih lambat. Karuan saja jarak pisah antara kuda Hui-houw-to dengan kuda itu semakin jauh.

Keadaan seperti itu membuat orang berpakaian hitam dan wanita itu jadi panik bukan main. Karena memang mereka mengetahuinya kalau saja Hui-houw-to berlari untuk melarikan kudanya terus, akibatnya mereka akan tertinggal jauh sekali.

Sedangkan Hui-houw-to sendiri telah melarikan kudanya semakin cepat saja. Karena dia mengetahui, sekali saja dia terkejar, niscaya akan menghadapi kesulitan yang tidak kecil.

Karena dari itu, dia telah melarikan kudanya tersebut semakin cepat. Dia tidak memperdulikan segala apa pun juga. Kudanya itu dilarikan seperti menerjang sesuatu yang sangat hebat, menerjang udara dan juga rumput-rumput yang kena diterjang ke empat kakinya menjadi rusak.

Kuda itu seperti mengetahui bahwa majikannya tengah mengalami ancaman bahaya yang tidak kecil, ia berlari secepat angin. Mereka telah dapat berlari memisahkan diri dalam jarak yang jauh, malah akhirnya kuda hitam itu sudah tak terlihat oleh mata.

Namun Hui-houw-to tidak berani mengendorkan lari kudanya, terus juga ia melarikan kudanya.

Sambil membedal kudanya, iapun berpikir entah siapa orang berbaju hitam dan juga wanita yang datang belakangan itu.

Tiba-tiba Hui-houw-to mengeluarkan suara tertahan karena ia seperti terkejut, dan ia memang teringat sesuatu.

Rupanya ia jadi kaget, wanita itu tadi dilihatnya mengenakan kalung kumala yang besar sekali, berbentuk burung rajawali, maka dari itu, seketika ia teringat pada sesoorang.

Tubuh Hui-houw-to jadi menggigil.

Dia teringat pada Giok-tiauw Sian-lie atau Bidadari Burung Rajawali Kumala.

"Apakah dia?" Pikir dalam hatinya penuh kebingungan.

Sedangkan kudanya tetap saja dibedalnya dengan cepat, berlari pesat. Cuma hati Hui-houw-to yang tergoncang keras. Karena jika memang wanita tadi adalah Giok-tiauw Sian-lie akan celakalah dia.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang