Jilid 79

1.7K 37 0
                                    

Karena saking murka dan menganggap dia mengganggunya, sehingga sulit dia menangkap si pengemis segera tangan Pu San Hoat-ong menghantam pundak si pemuda. Maksudnya membuat si pemuda terpelanting dengan begitu dia bisa menangkap si pengemis.

Tapi, begitu tangan si pendeta menyambar, pemuda ini menyampok dengan tangan kirinya perlahan dan tenang sekali. Tapi tangan si pendeta kena disampok keras, dan malah Pu San Hoat-ong merasa kesakitan.

Pu San Hoat-ong seketika berhenti mengejar si pengemis. Dia mengawasi mendelik pemuda itu.

"Siapa kau?" Bentak si pendeta.

"Tenang Taysu, mari kita bicara!"

"Hemmmm, kau tidak tahu urusan yang sebenarnya!" Bentak Pu San Hoat-ong bengis.

"Tapi, marilah kita bicara dulu! Ada persoalan apakah antara Taysu dengan Lopeh itu?" Sambil bertanya demikian si pemuda telah menunjuk si pengemis, yang telah duduk di tepi jalan sambil memperlihatkan mimik muka mengejek Pu San Hoat-ong.

Meluap darah Pu San Hoat-ong. Akan tetapi dia sekarang, tidak bisa segera menangkap si pengemis. Dia bersumpah, jika dia bisa membekuk pengemis itu tentu dia akan menghancurkan batok kepalanya untuk melampiaskan kemarahan dan kemendongkolan hatinya.

"Kau ingin mencampuri urusan kami?!" Bentak si pendeta pada orang yang memakai selubung muka itu.

Tenang sekali sikap orang itu. Dia memperdengarkan tertawa perlahan.

"Tidak baik marah-marah seperti itu, Taysu........ tenanglah!" Kata orang itu.

"Sebutkan namamu!" Bentak Pu San Hoat-ong dengan suara yang bengis.

Orang itu mengangguk.

"Baik! Baik! Siauwte adalah Kim Lo. Itu saja, Taysu bisa memanggilku dengan sebutan itu saja!"

"Kim Lo?"

"Ya!"

Aneh sekali nama itu, sampai Pu San Hoat-ong jadi curiga bahwa orang inipun tengah mempermainkannya.

"Benar-benar namamu Kim Lo?" ia bertanya mengulangi lagi dengan muka bengis.

Orang itu mengangguk.

"Ya benar!" Membenarkan orang itu.

Pu San Hoat-ong mengawasi bengis.

"Mengapa mukamu tertutup seperti itu? Atau memang kau takut untuk memperlihatkan mukamu?" Tegur Pu San Hoat-ong sambil terus menatap ke muka orang itu.

Pemuda itu yang tak lain memang Kim Lo tertawa tawar. Ia bilang, "Belum tiba waktunya. Jika memang telah tiba waktunya, aku akan membuka tutup muka ini!"

"Hemmm, dengan menutupi muka seperti itu kau kuatir akan ada orang yang mengenali dirimu, tentunya kau pernah melakukan sesuatu perbuatan tidak baik!"

Walaupun pendeta itu berkata kasar seperti itu, Kim Lo tak jadi gusar.

"Jangan menduga yang tidak-tidak Taysu!" Katanya sabar. "Aku ada kesulitan yang belum dapat diungkapkan sekarang! Hemmm, sekarang jika memang Taysu mau bicara dengan baik bersama lopeh ini, siauwte tentu saja tak berani mencampuri urusan ini!"

"Pengemis itu terlalu kurang ajar! Aku ingin menghajarnya!"

"Tapi masih bisa dibicarakan secara baik-baik!" Kata Kim Lo sabar.

"Bocah! Jika memang kau ingin kepalamu tetap utuh di atas lehermu, maka kau harus cepat-cepat menyingkir!" Kata Pu San Hoat-ong habis sabar. "Kau masih belum terlambat angkat kaki meninggalkan tempat ini!"

Walaupun Pu San Hoat-ong bicara dengan sikap bengis dan keras seperti itu, tapi diam-diam di hatinya ia berpikir:

"Bocah ini tampaknya liehay, ia memiliki kepandaian yang tidak rendah. Tadi ia menangkis pukulanku, tanganku sakit bukan main, padahal ia menangkis dengan perlahan! Aku tak boleh mencari urusan lagi dengannya, karena bisa repot....... yang terpenting aku harus mengurus si pengemis.......!"

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang