Jilid 17

2.5K 41 0
                                    

Oey Yok Su tidak sabar, tubuhnya berkelebat. Belum lagi pahlawan kerajaan yang seorang itu menyadari apa yang terjadi, justeru bajunya telah dicengkeram oleh Oey Yok Su yang mengangkat tubuhnya. "Di mana cucuku?!"

Bengis sekali suaranya.

Pahlawan kerajaan itu ketakutan, tubuhnya menggigil. Diapun telah menunjuk ke arah dalam ruang itu.

"Di kamar itu......!" katanya tergagap.

"Baiklah!" Oey Yok Su membanting rubuh orang itu ke lantai. "Sekarang kalian masing-masing masih mau hidup atau tidak?"

Pahlawan kerajaan itu yang telah merangkak untuk berlutut, segera mengangguk-anggukkan kepalanya, tubuhnya menggigil, begitu juga dengan kawannya, dan si petani bersenjata pacul.

Mereka melihatnya, betapa lihaynya Oey Yok Su karena mereka yang biasanya garang dengan kepandaian yang lumayan, kini di hadapan Oey Yok Su seperti juga mereka anak-anak kecil yang tidak berdaya apa-apa. Mereka dapat diperlakukan sekehendak hati oleh Oey Yok Su.

Bahkan setiap kali Oey Yok Su menyerang mereka, sama sekali mereka tidak memiliki kesempatan buat menghindarkan diri. Karena dari itu, mereka jadi tambah ketakutan, mereka mengangguk-anggukkan kepala mereka.

"Kami memang ingin memohon kemurahan hati Oey locianpwe......!" menyahuti mereka serentak.

"Hemmm," mendengus Oey Yok Su. "Baik! Kalian akan diampuni dan cukup jika kalian menghadiahkan dua daun telingamu masing-masing! Ayo potong dua daun telinga kalian masing-masing!"

Rupanya mereka menyadari itulah hukuman yang paling ringan buat mereka, sama sekali tak berani berayal, karena mereka kuatir kalau saja Oey Yok Su merobah pendiriannya lagi. Cepat-cepat dua orang pahlawan kerajaan menggerakkan pedang mereka.

"Bles! Bles!" Sepasang daun telinga mereka masing-masing telah ditebas putus. Darah seketika mengucur deras sekali. Tapi mereka sambil menahan sakit, telah berlutut lagi: "Apakah........., apakah sekarang kami boleh pergi Oey locianpwe?"

"Hemmm!" dingin sekali wajah Oey Yok Su. "Menggelindinglah kalian!"

Dua orang pahlawan kerajaan itu tidak berani berayal. Mereka segera menganggukkan kepala mereka satu kali dan hendak berlalu.

"Tunggu dulu!" Bentak Oey Yok Su, "Kalian baru boleh pergi jika cucuku telah di bawa ke mari!"

Muka kedua pahlawan kerajaan itu berobah pucat. Mereka memutar tubuh, setelah saling lirik, akhirnya cepat-cepat mereka berlari ke dalam.

Oey Yok Su mengawasi si petani yang bersenjata pacul itu.

"Kau rupanya lebih sayang daun telingamu dari jiwamu?" tanyanya tawar.

Muka petani itu pucat pias. Dia ragu-ragu tapi tubuhnya semakin menggigil, tapi akhirnya dia jadi nekad tahu-tahu dia telah menerjang pada Oey Yok Su mengayunkan paculnya. Dia memang biasanya mengandalkan kepandaiannya malang melintang di dalam kalangan Kang-aow, sekarang berhadapan dengan Oey Yok Su dia mati kutu.

Memang dia mendengarnya bahwa Oey Yok Su merupakan seorang tokoh sakti, tapi dia tak yakin kalau memang melakukan perlawanan nekad, bisa terbinasa dengan mudah. Dia menyerang karena dia tidak rela daun telinganya dikutungkan. Dan paculnya itu menyambar cepat sekali pada Oey Loshia!

Oey Yok Su semakin dingin mukanya, dia mengawasi pacul itu menyambar semakin dekat padanya. Tapi sama sekali Oey Yok Su tidak bergerak dari tempatnya berdiri, cuma matanya saja yang bersinar semakin tajam dibandingkan dengan tadi.

Terdengar suara jeritan yang menyayatkan hati, tubuh si petani yang tengah meluncur di tengah udara, mendadak merandek karena kena dikibas oleh lengan baju Oey Yok Su, malah mukanya seketika pucat pias seperti putihnya kertas, dan tubuhnya terapung di tengah udara, di mana belum lagi tubuhnya meluncur turun terbanting di lantai, justeru mulutnya telah terpentang menyusuli jeritannya itu dengan memuntahkan darah segar berapa kali.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang