Jilid 59

1.8K 43 0
                                    

"Kau harus ikut serta......!"

"Kasihanilah aku, Taihiap.....!" Dan Siu Lo seperti meringis ingin menangis. "Jika memang guruku mengetahui yang memberitahukan adalah aku, tentu aku akan menerima hukuman yang sangat berat, harap taihiap sudi menaruh belas kasihan padaku....... janganlah membawa aku pergi menemuinya.......!"

"Hemmm, pendeta yang duduk di dekat jendela itu?" tanya Kim Lo.

"Benar Taihiap........!"

Baru saja Kim Lo ingin bertanya lagi, tiba-siba matanya melihat sesuatu.

Seekor kuda tampak terikat di tempat penitipan kuda di depan rumah makan. Kuda yang dikenalnya. Kuda yang tadi dipergunakan oleh gadis berbaju merah. Ia segera memandang ke dalam rumah makan itu. Hatinya jadi berdebar.

Tamu di rumah makan itu cukup ramai, dan akhirnya ia melihat juga orang yang dicarinya.

Gadis berbaju merah itu memang berada di dalam rumah makan itu. Duduk di sebuah meja di tengah ruangan rumah makan itu. Hanya ia sendiri. Tiga kursi yang lainnya kosong. Seorang pelayan tampak tengah manggut-manggut mengiyakan pesanan si gadis.

Jantung Kim Lo terasa bergoyang lebih cepat. Iapun merasakan perasaan aneh yang menyelusup ke dalam hatinya lagi. Maka akhirnya ia tidak terlalu rewel pula pada Siu Lo.

"Baiklah tunggulah aku di sini!" Kata Kim Lo kemudian.

Siu Lo girang

"Ya..... ya!" Katanya.

Di waktu itu tampak Kim Lo dengan langkah yang ringan telah menghampiri pintu ruman makan. Ia bimbang sejenak, karena ia melihat gadis baju merah itu tengah memandang ke pintu kepadanya.

Langkah kaki Kim Lo tertunda sejenak. Namun akhirnya ia melangkah juga masuk ke dalam rumah makan.

Gadis itu memandangi Kim Lo dengan sorot mata yang tajam, seakan juga tengah heran melihat cara berpakaian Kim Lo, yang sebagian besar wajahnya tertutup oleh kain penutup berwarna putih. Ia memasuki rumah makan tentunya akan makan.

Namun dengan menutupi mukanya dengan kain putih, bagaimana cara ia memakan santapannya. Dan rupanya hal itu yang membuat si gadis jadi heran memandanginya.

Ditatapi seperti itu, justeru Kim Lo jadi canggung dan gugup. Entah mengapa ia jadi kikuk sekali.

Ia menunduk dan langsung menghampiri si pendeta yang ada di pinggir jendela. Ia telah menghampiri dekat, pendeta itupun telah melihatnya, namun pendeta itu tak memperlihatkan perasaan kaget, cuma tampak ia memandang agak heran.

Hati Kim Lo jadi tercekat. Ia seorang yang sangat cerdik, seketika ia teringat sesuatu. Cepat-cepat ia memutar tubuhnya, kemudian melesat ke pintu rumah makan. Gerakannya lincah sekali.

Ia masih melihat Siu Lo yang telah melarikan diri dikejauhan. Cepat-cepat ia mengejarnya, tubuhnya seperti terbang. Dalam sekejap mata saja, ia sudah dapat menyusul Siu Lo. Punggungnya dijambret, tubuh Siu Lo dibantingnya.

"Kurang ajar! Kau menipuku, heh?" tanya Kim Lo dengan suara bengis.

Bantingan yang dilakukan Kim Lo kali ini mempergunakan tenaga. sehingga bantingan tersebut keras sekali. Maka tidak mengherankan kalau Siu Lo kali ini jadi kesakitan luar biasa.

"Ampun....... Ampun.....!" Sesambatan Siu Lo dan ia tidak bisa segera bangun.

Waktu itu Kim Lo dengan suara yang bengis ia bilang: "Hemm, kau hendak menipuku ya?"

"Taihiap...... ampun....... ampun!" Merintih Siu Lo ketakutan.

Rupanya, tadi saat Kim Lo menghampiri si pendeta yang duduk di dekat jendela yang ditunjuk oleh Siu Lo sebagai gurunya, ia memikirkan juga sesuatu yang sebelumnya tidak terpikir. Yaitu saat ia menghampiri telah dekat, pendeta itu tidak memperlihatkan perasaan kaget. Sebagai orang yang cerdik, ia segera berpikir, tentu Siu Lo telah berbohong.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang