Jilid 102

1.6K 32 0
                                    

Waktu itu dari ruang dalam telah muncul lagi belasan orang lainnya. Rupanya suara ribut-ribut tersebut membuat mereka terbangun dari tidur.

Sedangkan Hui-houw-to mendekam terus dipelajari. Demikian juga si pendeta.

Sama seperti orang-orang Hek-pek-kauw yang tadi, mereka semuanya telah berlari keluar untuk mengejar 'penjahat'.

Setelah orang-orang itu mengejar ke depan keadaan di dalam ruang itu jadi sepi.

Hui-houw-to ingin melompat turun, tapi tangannya dicekal si pendeta.

"Jangan.......!"

"Kenapa Taysu?"

"Kita tunggu sejenak lagi.......!"

"Tapi kita bisa mempergunakan kesempatan ini buat menyelusup masuk!"

Si pendeta menggeleng.

"Tidak! Berbahaya!"

Baru saja si pendeta berkata begitu, justeru dari dalam telah menorobos beberapa orang. Mereka terdiri dari laki-laki bertubuh ringan sekali, gin-kang mereka sangat tinggi sehingga kaki mereka tidak terdengar.

Dan orang-orang ini semuanya berjumlah tujuh orang. Berbeda dengan anak buah dari Hek-pek-kauw yang tadi, maka mereka tidak mengejar keluar.

"Hemm, tentunya orang itu memiliki kepandaian yang lumayan!" kata salah seorang yang memelihara kumis dan jenggot hitam lebat berusia lebih empatpuluh tahun, di punggungnya tombak gaetan rupanya. Itulah senjatanya.

"Ya!" Menyahuti yang lainnya, "Mungkin dia telah melarikan diri!"

"Walaupun bagaimana, harus dapat ditangkap, karena jika tidak, tentu di belakang hari akan terulang peristiwa seperti ini, di mana ada orang yang berani lancang masuk ke mari."

Yang lainnya menggumam mengiakan.

Mereka tetap berdiam di ruang itu tidak ikut mengejar. Tidak lama kemudian datang beberapa orang anak buah Hek-pek-kauw yang telah kembali. Napas mereka memburu.

"Bagaimana? Apakah orang itu berhasil dikejar?" Tanya orang yang kumis jenggotnya lebat.

Orang itu menggeleng.

"Tidak!" Katanya. "Dia telah lenyap. Tapi, menurut yang dikatakan oleh sha-cie, orang itu berjumlah dua, mereka terdiri dari seorang pendeta dan seorang laki-laki yang mungkin berusia empatpuluh tahun !"

"Hemmm!" Orang berjenggot lebat itu mendengus, tampaknya dia mendongkol dan tidak senang. Dia mengibaskan tangannya memberi isyarat agar orang itu pergi.

"Siapa mereka?" Menggumam yang lainnya.

"Apakah pendeta itu adalah pendeta Siauw-lim-sie?" Tanya yang lainnya menduga.

"Entah pendeta dan kuil mana?! Untuk menduga bahwa pendeta itu adalah pendeta Siauw-lim-sie tidak akan bertindak sepengecut seperti itu, datang secara diam-diam. Kalau memang dia orang Siauw-lim-sie, tentu akan datang secara berterang!"

"Ya....... lalu siapa pendeta itu?"

"Hem, paling pendeta tidak bernama."

Demikianlah, tampaknya orang-orang ini penasaran sekali.

Tiba-tiba dari ruang dalam mendatangi seseorang. Dialah seorang wanita, langkah kakinya begitu ringan.

Dia tampaknya seperti tidak bergerak karena pundaknya sama sekali tidak bergerak. Dan dia telah mendatangi cepat, tahu-tahu telah berada di tengah-tengah rombongan orang itu.

"Ada penjahat? Mana penjahatnya? Apakah telah tertangkap?!" tanyanya beruntun.

Semua orang melihat wanita itu, segera membungkukan tubuh mereka memberi hormat.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang