Jilid 7

3.3K 53 0
                                    

"Lepaskan....... lepaskan dulu kakimu!" kata Bun Hong dengan napas yang sesak dan suaranya tidak lancar.

"Oho, begitu mudah kau meminta aku membebaskan dirimu?!" Mengejek orang itu. "Ang Kwang tidak akan semudah itu membiarkan orang yang terjatuh di tangannya untuk bersenang-senang!?"

Bukannya dia menarik dan melepaskan injakan kakinya, justeru dia menekannya lebih kuat menginjak dada Bun Hong, sekeras mungkin, malah terdengar suara "Krekk" entah ada tulang dada Bun Hong yang patah atau tidak, dan pemuda itu kesakitan bukan main.

"Cepat bicara aku bertanya kepadamu, apakah kau Bun Hong putera Bun Lay San.

"Be....... benar?" menyahuti Bun Hong, "Ada, ada urusan apa kau menanyakan hal itu?" tanya Bun Hong kemudian dangan suara tetap tergagap.

Walaupun dia murka, tapi ia murka tanpa berdaya, karena tangan dan kakinya diinjak seperti itu, jangankan untuk bangun sedangkan untuk bergerak saja tidak bisa. Dan dengan menahan sakit yang hebat pada dadanya akibat injakan orang itu, ia meringis menggigit bibirnya.

Ang Kwang, orang yang menginjak dada Bun Hong kembali tertawa keras.

"Bagus! Sekarang kau beritahukan kepadaku, dimana Giok-sie disimpan ayahmu?!" tanya Ang Kwang.

"Giok-sie?" tanya Bun Hong seakan-akan keheranan dalam menahan sakit.

"Ya! Giok-sie! Ayo katakan, dimana Giok-sie itu disembunyikan ayahmu!" Mengulangi Ang Kwang, suaranya semakin bengis. "Jika kau tidak mau bicara sejujurnya memberitahukan dimana beradanya Giok-sie, hem hemmm, jelas kau akan menerima perlakuan yang lebih baik manis dari kami......."

Setelah berkata begitu, tampak Ang Kwang telah menginjak semakin kuat dan keras, terdengar suara "Krekk" lagi, dan Bun Hong menjerit kesakitan.

"Hayo katakan di mana Giok-sie disimpan ayahmu?" bentak Ang Kwang kemudian dengan sikap dan suara tetap bengis.

"Aku...... aku tidak tahu!"

"Ngekk," kembali Bun Hong kesakitan bukan main, karena dadanya diinjak semakin keras oleh Ang Kwang.

"Bocah, kau jangan main-main dengan kami, sekali kuperintahkan anak buahku, kepalamu itu akan berpisah dari batang lehermu! Waktu itu walaupun kau menyesal tentu sudah terlambat?"

"Tapi....... sesungguhnya memang aku..... aku tidak mengetahui....... Lalu....... tentang Giok-sie, kudengar, justeru ayah memang hendak mencarinya. Tapi aku....... aku belum pernah mengetahui bahwa ayah telah memperoleh Giok-sie.......

"Sampai kemaren dulu ayahku masih bilang jika saja Giok-sie bisa memperolehnya niscaya akan mengangkat derajat keluarga kami, jasanya itu tidak kecil, ia akan memperoleh pangkat yang tidak rendah....... sedikitnya sebagai raja muda! Aduh.......! Aduh!"

Bun Hong teraduh-aduh seperti itu karena Ang Kwang menginjak dadanya semakin kuat, membuat ia kesakitan luar biasa. Ia berusaha meronta karena terlalu kesakitan, namun tidak berhasil. Dia mengeluh dan merintih, bibirnya digigit sampai terluka mengeluarkan darah, karena terlalu keras menggigitnya.

Ang Kwang mengeluarkan tertawa yang tidak sedap untuk telinga, ia memang sengaja menginjak semakin keras dan kuat, sehingga dua kali terdengar suara "krekk!" dan benar benar Bun Hong dalam keadaan setengah sadar dan kesakitan yang sangat. Keringat dingin menahan sakit juga telah membasahi sekujur tubuhnya!

Bibirnya yang gemetar telah berucap perlahan: "In-kong! In-kong........!" ia mengharapkan benar penolongannya yang tadi muncul kembali untuk menolongnya.

Cuma saja harapan Bun Hong merupakan harapan yang nihil dan kosong. Tuan penolongnya tidak juga muncul, sedangkan Ang Kwang menyiksanya semakin ganas, menyebabkan ia kesakitan tidak kira-kira sampai rasanya ia ingin mati saja.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang