Jilid 143

1.5K 26 0
                                    

Yo Bie Lan menoleh, tapi dia berlari terus.

"Mengapa harus marah?" Tanyanya.

"Hemmmm, tampaknya nona tidak menyukai hubunganku dengan nona Cin?"

"Mengapa aku tidak senang? Itu bukan urusanku!" Kata si gadis. Dia berlari lebih cepat.

"Tugggu dulu nona Yo.......!"

Tapi Bie Lan sudah berlari terus.

Kim Lo tidak mengejar lagi. Dia menghela napas.

Memang sebenarnya dia merasakan betapa pun juga si gadis tidak menyukai hubungannya dengan nona Cin.

Di waktu itu tampak Kim Lo sudah menyusul Ko Tie dan Giok Hoa. Dia telah menghampiri Ko Tie, bilangnya: "Paman Ko Tie. Kita ingin pergi ke mana??"

"Kita mencari nona Cin!" Menyahuti nona Yo dengan suara nyaring. Mendahului Ko Tie.

Ko Tie dan Giok Hoa tersenyum.

"Ya, kita akan mencari nona Cin. Setelah bertemu dengannya. Tentu kita bisa mendengar

keterangan yang lebih jelas darinya."

"Tapi kita mau mencarinya ke mana?" Tanya Kim Lo.

"Tentu saja kita harus berusaha? Karena memang di waktu sekarang ini entah dia sudah pergi ke mana?"

Kim Lo terdiam. Dia berjalan terus di samping Ko Tie! Di dalam hatinya ia berpikir, betapapun juga, memang dia akan berusaha untuk mencari nona Cin, karena dia ingin memperlihatkan kepada Yo Bie Lan, bahwa antara dia dengan nona Cin itu tidak memiliki hubungan apa pun juga.

Tapi kemanakah mereka ingin mencari nona Cin itu? Sedangkan tempat nona Cin itu tidak mereka ketahui dengan jelas dan memang gadis she Cin itu sudah pergi ke mana atau memang dia sudah pergi jauh sekali.

Mereka akhirnya tiba di sebuah kampung perkampungan yang cukup besar dan ramai. Kampung Yang-wie-cung sebuah kampung yang merupakan penduduknya lebih banyak bertani. Di waktu mereka tiba di pintu kampung justeru perhatian mereka tertarik kepada orang ramai yang tengah mengerumuni sesuatu.

Cepat-cepat mereka menghampiri.

Ternyata yang tengah dikerumuni orang banyak itu adalah sesosok mayat laki-laki berusia pertengahan. Mukanya rusak sampai tidak bisa dikenali lagi. Tubuhnyapun rusak karena senjata tajam. Darah melumuri tubuhnya.

"Siapa orang itu?" Tanya Ko Tie kepada salah seorang yang berada di dekatnya.

"Entah, kami sendiri tidak mengetahui!" Menjawab orang itu.

"Mengapa dia terbunuh?"

"Kami juga tidak mengetahui, karena kami datang diwaktu ia telah menggeletak tidak bernyawa di situ."

"Apakah tidak ada yang sampai melihat siapa yang telah membunuhnya?"

Orang itu menggeleng.

Ko Tie memperhatikan sejenak lagi. Dilihat dari cara berpakaian orang itu tampaknya dia berasal dari kalangan Kang-ouw.

"Hemm, entah siapa yang telah turunkan tangan telengas seperti ini?" menggumam Ko Tie.

Kim Lo pun memperhatikan. Tapi dia tidak melihat tanda-tanda di diri orang itu, siapa yang telah membunuh orang tersebut.

Kemudian mereka sepakat buat meneruskan perjalanan mereka, masuk ke dalam kampung itu. Mencari rumah penginapan dan meminta tiga kamar.

Waktu pelayan sedang menyediakan air teh, Ko Tie telah menanyakan kepada pelayan itu tentang pembunuhan di pintu kota.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang