Jilid 117

1.3K 31 0
                                    

Tapi pelajar berbaju putih itu tertawa dingin.

"Orang seperti kau tidak pantas mengetahui namaku.....!" Katanya dengan suara yang dingin, "Hemm, lebih baik kau datang ke mari mendekat kepadaku dengan sikap menghormat. Nanti aku baru akan beritahukan apa yang ku inginkan dari kau!"

Hui-houw-to menghampiri, benar-benar dia melangkah mendekati meja pemuda pelajar itu.

"Nah sekarang kau katakanlah, apa yang kau inginkan dari aku?" Tanyanya.

Aku menghendaki surat yang ditulis oleh Ciangbunjin Khong-tong-pay. yang selama ini kau bawa-bawa."

Kaget Hui-houw-to mendengar permintaan pemuda pelajar itu. Dia mengawasi pemuda pelajar itu beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya.

"Sayang.......!" Katanya.

"Apanya yang sayang.......?"

"Sayang sekali surat itu tidak ada padaku!" Kata Hui-houw-to dengan sikap bersungguh-sungguh.

"Bohong!"

"Benar, memang surat itu sudah tidak berada di tanganku lagi!" Waktu bicara begitu, Hui-houw-to tetap memperlihatkan sikap yaug bersungguh-sungguh.

Sedangkan muka pelajar berbaju putih itu berobah. Dia mengawasi tajam sekali.

"Hemm, kau jangan main-main denganku sebab jika aku habis sabar, aku akan membinasakan kau dan nanti baru menggeledah tubuhmu!"

"Sungguh, surat itu memang sudah tidak berada di tanganku!"

"Hemm, benar begitu?" Tawar sekali suara pelajar baju putih tersebut.

Hui-houw-to mengangguk lagi.

"Ya....... terserah kepadamu, mau mempercayai keteranganku atau tidak! Surat itu telah jatuh ke dalam tangan Thio Sam Nio bertiga dengan kedua orang kawannya, yaitu Hoan Cie Sun dan juga Wang Hu.

Mendengar disebutnya nama ketiga orang itu, muka si pelajar baju putih berobah hebat.

"Jadi mereka yang telah merampas surat itu?!" Tanyanya.

Hui-houw-to mengangguk. Dihatinya dia bersyukur, justeru ketiga orang itu pernah memberitahukan nama mereka, waktu akan meninggalkan Hui-houw-to di kuil itu, sehingga dia bisa memberitahukan kepada pelajar baju putih siapa yang telah mengambil surat itu. Dengan demikian tampaknya si pelajar baju putih itu baru mau mempercayai keterangannya.

"Ya mereka yang telah mengambil surat itu. Mereka telah menotok diriku, merekapun telah melukai aku, menyebabkan aku keracunan."

Sepasang alis pemuda pelajar berbaju putih itu mengkerut, dia berdiam diri tidak mengatakan suatu apapun juga. Lama sekali dia seperti termenung sampai akhirnya dia bilang.

"Baiklah jika demikian. Duduklah.....!" Dia menunjuk kursi di sebelah depannya, dan Hui-houw-to memang duduk dihadapannya.

Setelah mengawasi Hui-houw-to beberapa saat lamanya, barulah pelajar baju putih itu bilang lagi. Sekarang kau harus menjawab yang jujur pertanyaanku!"

Hui-houw-to mengangguk.

"Katakanlah pertanyaan apa yang hendak kau ajukan?!" Tanyanya.

"Apakah kau pernah melihat surat itu? lsi surat yang kau bawa itu dan telah dirampas Thio Sam Nio dengan kawan-kawannya itu? Maksudku bunyinya surat itu?!"

Hui-houw-to ragu-ragu, akan tetapi kemudian dia mengangguk.

"Pernah.......!"

"Nah, sekarang kau coba beritahukan kepadaku, apa saja isi surat itu......?" Tanya si pelajar baju putih. Matanya memandang tajam sekali, bersinar sangat terang.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang